Jumat, 25 November 2022

Siswa SD di Malang Alami Perundungan Sejak Kelas 1, Uang Saku Dipalak Kakak Kelas

Siswa SD di Malang Alami Perundungan Sejak Kelas 1, Uang Saku Dipalak Kakak Kelas


     Malang, rakyatindonesia.id – Seorang siswa SD di Malang menjadi korban perundungan yang diduga dilakukan kakak kelasnya. Korban saat ini menjalani perawatan intensif di rumah sakit dan mengalami trauma psikis.

    Ayah korban mengungkapkan, dari hasil CT Scan, siswa tersebut memiliki gumpalan darah di bagian otak. Diduga itu akibat luka pukul.

    “Kalau kondisi anaknya saat ini sudah jauh lebih baik. Sudah sadar dan mau makan,” tutur ayah korban ditemui di rumah sakit, Kamis (24/11/2022) siang.

    Sang ayah mengatakan anaknya sempat koma dan menjalani perawatan sejak Rabu (16/11/2022). Saat awal masuk rumah sakit, korban mengalami kejang-kejang hebat dan mengeluh kepala pusing.

    “Awalnya kami tidak tahu kalau anak saya baru menjadi korban penganiayaan. Saya kira karena tifusnya kambuh. Sebab sebelumnya ia juga sempat sakit tifus,” ujarnya.

    Usai sadar dari koma tersebut, baru korban menceritakan pengalaman mendapat perundungan dari sekitar 7 orang kakak kelasnya yang sudah duduk di kelas VI.

    “Saat ia cerita itu, anaknya baru bilang kalau kerap dianiaya oleh kakak kelasnya itu, karena menolak memberikan uang sakunya yang diminta oleh kakak kelasnya tersebut,” tegasnya.

Sementara saat ini, kondisi korban jauh lebih baik. Korban sudah melewati massa kritisnya.

    “Keterangan dari dokter habis CT Ccan kemarin itu ada gumpalan diotaknya. Jadi nanti mau kesini dokternya mau menjelaskan. Soal laporan ke Polisi ya namanya kita sudah trauma, anaknya juga trauma, ya mungkin yang jelas kita akan pindah sekolah. Anak ini sudah nggak mau lagi sekolah di situ. Untuk prosesnya tetap kita lanjutkan sesuai hukum yang berlaku,” tutur Edi.

    Sang ayah mengaku melaporkan kasus ini ke polisi biar jadi efek jera. Sehingga, kejadian serupa tidak terulang kembali.

    Biar ada efek jera ya, kasihan korban lainnya, ini korban paling fatal. Sebelumnya juga banyak korban, cuma gak ada yang berani bilang ke orang tua atau bilang ke pihak sekolah, nggak ada yang berani bilang,” ujarnya.

    Dia juga menjelaskan perundungan di sekolah anaknya sudah sering terjadi. Bahkan anaknya sudah jadi korban sejak duduk di kelas 1.

    “Anak saya itu sudah menjadi korban mulai kelas satu, jadi ada pemalakan intinya. Uang sakunya kan Rp6.000, yang Rp5.000 diminta kakak kelasnya.

Sang ayah juga mengatakan terduga pelaku duduk di kelas 6. Sementara anaknya baru kelas 2.

    “Jauh gak imbang. Kalau satu lawan satu, one by one, dia berani, anak saya ini sebenarnya berani. Tapi kalau sudah keroyokan dia nggak berani,” papar dia.

    Sang ayah juga mengatakan kondisi sang anak tidak pernah dia tahu lantaran korban tak pernah mau cerita. Dia baru tahu sang anak jadi korban perundungan setelah sadar dari koma.

    “Mungkin gengsi atau gimana wong namanya anak kita juga gak tahu. Nanti dibilang anak wadulan lah sama temen temennya atau apalah kita gak tahu. Sehingga tidak berani bilang sampai kelas dua itu. Jadi kami tahunya dianiaya, pengakuan dari anak saya hari Jumat setelah sadar dari koma pukul 22.30 WIB,” beber Edi.

    Saat bercerita, kata sang ayah, korban terlihat meluapkan kekesalannya. Bahkan, pengakuan dilakukan korban tanpa diminta oleh orangtuanya.

    “Dia bercerita, sehingga dia mentok kesalnya dan mau bercerita sendiri. Apa yang dia ingat dia ceritakan. Malam siang sore sampai cerita itu terus. Kapan sih ma, ada pak Polisi, ayo besok ke sekolahan, saya tunjukkan satu satu siapa yang mukulin saya. Kalau namanya saya gak tahu, tapi saya tahu orangnya saya tunjukin kalau di sekolah,” kata sang ayah mengakhiri. (red.lf)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved