Minggu, 04 Desember 2022

Harga Merangkak Naik, Warga Blitar Beralih ke Telur Bentesan

Harga Merangkak Naik, Warga Blitar Beralih ke Telur Bentesan


 

    Blitar, rakyatindonesia.id – Harga telur ayam di Blitar terus merangkak naik jelang Natal 2022 dan Tahun Baru 2023 (Nataru). Harga telur di daerah yang menjadi penyuplai 30 persen kebutuhan telur nasional itu kini telah mencapai Rp31 ribu per kilogram di tingkat pedagang.

    Harga telur tersebut bahkan telah menyamai harga daging ayam yang juga di kisaran Rp31-32 ribu per kilogram. Kondisi itu pun memaksa warga mencari solusi alternatif atas mahalnya harga telur.

    Salah satunya dengan membeli telur bentesan atau telur pecah. Harga telur bentesan jauh lebih murah, mencapai Rp6.000 per 4 butir.

    Dina adalah salah satu pemburu telur bentesan tersebut. Ibu rumah tangga ini mengaku memilih membeli telur bentesan karena tidak mampu menjangkau telur utuh akibat harganya yang tinggi.

    “Telur utuh saat ini kan sampai Rp31 ribu, saya pilih telur bentesan ini untuk kebutuhan sehari-hari karena harganya cuma Rp6.000 per kilogramnya” kata Dina, Sabtu (3/12/2022).

    Meski ragu dengan higienitas telur bentesan namun Dina mengaku terpaksa membelinya demi menghemat pengeluaran. Telur bentesan sendiri merupakan telur yang sudah pecah kemudian dikemas dalam plastik, sehingga dari segi higienitas tidak ada yang bisa menjamin.

    “Ragu ya ragu, soalnya namanya murah, kalau soal kebersihan nomer sekian lah mas, daripada beli yang mahal” imbuhnya

    Kenaikan harga ini membawa berkah ke pedagang penjualan telur bentesan. Penjualan mereka mengalami peningkatan drastis sejak beberapa pekan terakhir.

    Menurut Tina Windari, salah satu pedagang di Pasar Templek Kota Blitar, penjualan telur bentesan kini bahkan mencapai 1,5 kuintal setiap harinya. Jumlah tersebut naik 50 persen dari kondisi normal.

    “Wah, ini sejak telur mahal, telur bentesan penjualan melonjak drastis hingga 50 persen lebih,” ungkapnya.

    Tina menambahkan, sebagian besar warga kini memilih beralih menggunakan telur bentesan karena harga yang murah. Mayoritas warga yang beralih adalah ibu rumah tangga serta pelaku usaha mikro kecil menengah.

    Harga telur bentesan sendiri tidak mengalami peningkatan, tertahan di angka Rp6.000 per 4 butir. Meski dalam kondisi pecah, namun telur bentesan ini masih bisa bertahan hingga 2 hari.

    “Pembeli telur bentesan ini banyak pedagang makan dan kue rumahan, mereka memilih telur bentesan ini karena lebih murah dari yang biasa” Imbuhnya.

    Di sisi lain, penjualan telur utuh kini justru merosot hingga 50 persen. Jika di hari normal penjualan telur utuh mencapai 1 kuintal lebih, kini saat harga tengah melambung tinggi penjualannya hanya mencapai 40 hingga 50 kilogram per hari.

    “Kalau telur utuh ini anjlok omzetnya, turun hingga 50 persen lebih penjualannya,” jelasnya.

    Menurut pedagang sejak harga telur mahal, pasokan barang ke pedagang juga ikut berkurang. Jika saat harga murah, para pedagang mendapatkan pasokan hingga 1,5 kuintal namun kini hanya memperoleh kiriman telur 50 kilogram per hari.

    Kondisi itulah yang sinyalir menjadi penyebab mahalnya harga telur di pasaran saat ini. Selain itu mendekati Nataru juga diperkirakan menjadi pendorong melonjaknya harga telur di pasaran.

    Para pedagang sendiri memperkirakan harga telur masih akan meroket hingga Nataru tiba. Menurut para penjual peningkatan harga telur ini akan terus terjadi secara bertahap setiap harinya. (red.lf)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved