Saturday, February 1, 2025

Mengukir Harapan: Kisah Inspiratif Mohak, Seniman Difabel dari Kediri

Mengukir Harapan: Kisah Inspiratif Mohak, Seniman Difabel dari Kediri

  


KEDIRI,  rakyatindonesia.com - Semangat dan ketekunan bisa mengubah keterbatasan menjadi kekuatan.

Inilah yang ditunjukkan oleh Mohammad Sugianto, pria berusia 44 tahun dari Desa Peh Kulon, Kecamatan Papar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Meski menghadapi keterbatasan fisik, Mohak, sapaan akrabnya, berhasil menciptakan karya seni ukir kayu yang memikat hati banyak orang, mulai dari masyarakat umum hingga pejabat tinggi, termasuk menteri.

Perjalanan Mohak sebagai seniman ukir dimulai pada tahun 2008 saat ia mengikuti pelatihan memahat kayu di Solo, yang dibimbing oleh dosen dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta. Sejak saat itu, ia menekuni seni ukir dengan penuh dedikasi, mengasah keterampilannya sedikit demi sedikit.

"Saya merasa ada kedamaian saat mengukir. Setiap goresan memiliki makna, dan itu membuat saya semakin mencintai seni ini," ujar Mohak saat ditemui di rumahnya, Jumat (31/1/2025).

Setelah menyelesaikan pelatihan, Mohak tidak langsung membuka usaha sendiri. Ia memilih untuk belajar dari pengalaman orang lain, berkumpul dengan komunitas difabel, serta bekerja di sebuah sanggar ukir di Nganjuk selama satu tahun. Dukungan dari pemilik sanggar yang mengakui kemampuannya menjadi dorongan besar untuk mendirikan usaha pribadi.

"Pemilik sanggar bilang saya sudah punya cukup kemampuan untuk berdiri sendiri. Itu membuat saya berani membuka usaha di rumah," kenangnya.

Kini, Mohak mengelola usahanya sendiri bernama UD Luhur Makmur. Ia menerima berbagai pesanan ukiran, mulai dari ornamen kecil hingga papan nama. Salah satu karyanya yang sedang dikerjakan saat ini adalah papan nama berbahan kayu jati, yang dikenal karena kekuatan dan ketahanannya.

"Kayu jati punya serat yang kuat dan hasil ukirannya lebih rapi, cocok untuk karya jangka panjang," jelasnya.

Popularitas Mohak semakin meningkat berkat kepuasan para pelanggannya. Karyanya pernah dipesan oleh Bupati Kediri perempuan pertama, Haryanti Sutrisno, hingga tokoh nasional seperti mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, serta Menteri Pariwisata saat ini, Widiyanti Putri.

"Banyak papan nama di Pemkab Kediri yang saya buat. Pak Sandi dan Bu Widiyanti juga pernah pesan langsung," ucapnya bangga.

Untuk satu papan nama, harga yang ditawarkan mulai dari Rp 1.500.000, tergantung bahan dan tingkat kerumitan motif. Sementara ornamen kecil dibanderol mulai dari Rp 200.000. Proses pengerjaan membutuhkan waktu sekitar tiga minggu, tergantung pada detail desain.

Tak hanya berkarya, Mohak juga aktif sebagai Ketua Disabilitas Bidang UMKM di Kabupaten Kediri. Ia bersama rekan-rekan difabel lainnya berupaya mendorong perekonomian melalui berbagai produk kerajinan.

"Kami ingin menunjukkan bahwa difabel juga mampu mandiri secara ekonomi dan berkontribusi untuk masyarakat," ujarnya.

Mohak berharap seni ukir kayu terus lestari sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia. Lewat karya-karyanya, ia membuktikan bahwa semangat, kerja keras, dan ketekunan bisa mengatasi segala keterbatasan.

"Setiap ukiran bukan hanya karya seni, tapi juga cermin dari semangat hidup yang pantang menyerah," tutupnya dengan penuh keyakinan.(Red.AL)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved