Sabtu, 18 Maret 2023

Menyambut bulan Ramadan, Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo Ziarah ke Makam Walisongo.

Menyambut bulan Ramadan, Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo Ziarah ke Makam Walisongo.

   


Surabaya,  rakyatindonesia.com - Menyambut bulan Ramadan, Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo memulai rangkaian nyadran ke makam Walisongo. Ditemani istri, Siti Atikoh, Ganjar ziarah ke makam Sunan Ampel, di Surabaya.
Tampak Ganjar melantunkan tahlil dan doa di samping pusara Sunan yang bernama asli Syekh Ali Rahmatullah ini. Diketahui, Ganjar tiba di gerbang pemakaman pada Jumat (17/3) malam pukul 20.25 WIB. Ganjar langsung dikerubungi peziarah yang minta bersalaman.

Alunan tahlil dan doa begitu ritmis terdengar dari dua bagian komplek pemakaman. Yakni bagian peziarah lelaki dan peziarah perempuan. Setelah berwudu, Ganjar langsung digandeng dua keturunan Sunan Ampel untuk memasuki area pemakaman keluarga inti Sunan Ampel yang menjadi bagian terdalam pemakaman.

"Subhanallah wabihamdih, Subhanallahil 'adzim. Laa ilaha illallah. Laa ilaha illallah," kata Ganjar dalam keterangan tertulis, Sabtu (18/3/2023).

Begitu runtutan bacaan tahlil, Ganjar bersama istri mengamini doa-doa yang diungkapkan oleh Gus Abdul Muis Azis yang merupakan cicit pendiri Nahdlatul Ulama, KH. Bisri Syansuri.

Lebih lanjut, Ganjar mengatakan ziarah ke makam Sunan Ampel merupakan rangkaian nyadran Walisongo yang akan dilakukannya sampai dengan hari Minggu (19/3).

"Kita muslim Indonesia mengenal yang namanya tradisi nyadran sebelum ramadhan. Dan kami mengawali nyadran di makam Sunan Ampel," kata Ganjar.

Bagi Ganjar, Sunan Ampel jadi salah satu sosok yang berjasa bagi umat muslim di Tanah Air, karena ia melakukan segala cara untuk berdakwah. Moh Limo, lanjut Ganjar, merupakan salah satu ungkapan dakwah Sunan Ampel yang sampai saat ini masih sangat relevan.

Moh Limo yang berarti tidak mau (melakukan) lima (perkara), yang terdiri dari moh mabuk(tidak mau minum-minuman keras), moh main (tidak berjudi), moh madon (tidak berzina), moh madat (tidak mau menggunakan narkoba) dan moh maling (tidak mau mencuri).

"Cara tersebut merupakan akulturasi dakwah agar mudah diterima masyarakat," kata Ganjar.
Menurutnya, alasan lain perjalanan nyadran Walisongo yang dia lakoni ini adalah untuk mengenang cara dakwah ulama terdahulu yang tidak menyingkirkan kearifan lokal.

"Setelah dari sini perjalanan akan berlanjut ke Sunan Gresik, Sunan Giri, Sunan Drajat dan Sunan Bonang. Hari Minggu kita lanjut ke Makam Raden Fattah, Sunan Kalijaga, Sunan Muria dan Sunan Gunung Jati," tuturnya.

Sementara itu, Gus Abubakar yang merupakan salah satu keturunan Sunan Ampel menyebut area pemakaman keluarga inti adalah tempat ziarah paling istimewa.

"Tidak semua orang bisa masuk ke bagian ini. Alhamdulillah kita bisa mengantar Pak Ganjar sampai pada titik ini," tukasnya.(red.Df)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved