Selasa, 16 Januari 2024

Akhir Pahit Iming-iming Umrah Murah

 Akhir Pahit Iming-iming Umrah Murah

 

Bandung, rakyatindonesia.com - Aban Muhammad Sa'ban (31) dan puluhan warga di Kabupaten Cianjur lainnya, harus gigit jari memupuk mimpi pergi umrah bersama. Mulanya mereka sudah tak sabar berangkat umrah dengan biaya yang murah meriah, hanya Rp6 juta.



Namun mimpi itu malah berakhir pahit. Aban dan calon jemaah umrah lainnya jadi korban penipuan. Ialah M, warga Kecamatan Cikadu yang diduga menjadi pelaku penipuan dengan modus subsidi dari donatur dari Timur Tengah.


"Saya kenal dengan M ini saat berangkat umrah. Satu rombongan dengan saya," kata Aban, Senin (15/1/2024).


Dengan jurus kata-kata manis, M meyakinkan Aban untuk ikut berangkat umrah murah. Hanya membayar Rp6-15 juta, jemaah sudah bisa berangkat ke tanah suci.



"Jadi kenapa bisa murah, katanya karena ada donatur. Gelombang pertama yang awal daftar hanya bayar Rp 6 juta dan yang gelombang kedua bayar Rp 12-15 juta," ujarnya.



Rayuan M nampak menjanjikan. Ia menjelaskan pada Aban, bahwa biaya umrah tersebut bisa murah lantaran ada donatur dari Timur Tengah. Bahkan tidak sedikit warga yang dijanjikan gratis, tidak sekadar subsidi biaya.



"Jadi M ini dapat program dari saudaranya yang di Jakarta. Saudaranya ini yang awalnya menawarkan, kemudian di Cianjurnya dijalankan oleh M dengan menawarkan ke warga. Penawarannya paket umrah murah dan ada juga yang dijanjikan gratis," ucap dia.


"Katanya bisa murah karena ada donatur dari Timur Tengah. Anaknya yang sakit sembuh kemudian bernazar akan memberikan bantuan hingga membantu biaya umrah," tambahnya.


Keyakinannya juga semakin kuat, saat mendapatkan informasi adanya warga yang sudah diberangkatkan umrah murah. Aban pun bersedia menjadi koordinator para calon jemaah umrah.


Ia pun mengajak puluhan warga sekitar Desa Kertajaya kecamatan Tanggeung, untuk ikut program umrah murah tersebut. Aban bahkan juga mendaftarkan diri menjadi calon jemaah umrah.


"Saya daftar dengan istri dan orangtua saya. Karena saat itu percaya saja," kata dia.


"Total sampai saat ini ada 50 orang lebih yang mendaftar dan dikoordinatori oleh saya. Karena memang awalnya meyakinkan. Apalagi kan ada yang sudah diberangkatkan sekitar belasan orang di Kecamatan Cikadu," lanjutnya.



Dia menyebut status M yang merupakan tokoh, membuatnya percaya. Calon jemaah saat itu dijanjikan akan berangkat umrah pada September 2023. Namun pemberangkatan tertunda karena ada kendala.


"Bahkan rencananya akan diberangkatkan pada Desember. Tetapi karena harga tiket dan hotel naik saat momen tahun baru, jadinya diundur ke awal Januari. Kami masih coba percaya, karena kan keluarga terlapor ini ditokohkan, masa menipu," ucap dia.



Menurut dia, para calon jemaah umrah tersebut dijanjikan berangkat umrah pada September 2023 lalu. Namun beberapa kali diundur hingga akhirnya kembali dijanjikan akan berangkat pada Desember 2023.



Beragam alasan dilontarkan M dan saudaranya kepada calon jemaah terkait ditundanya keberangkatan. Salah satunya konflik Israel-Palestina yang membuat uang dari donatur belum bisa dikirim.



"Ini yang mulai tidak masuk akal, hubungannya apa dengan konflik tersebut. Kan uangnya tidak lewat ke Israel atau Palestina. Sempat juga dari pihak travel menawarkan untuk membawa uangnya, karena ada relasi di Timur Tengah, tetapi ditolak dengan alasan takut donaturnya tersinggung," ungkapnya.

Bahkan di bulan Desember, sudah muncul rangkaian kegiatan oleh salah satu travel dan sudah dilakukan manasik. Tetapi hingga hari ini, pemberangkatan umrah tersebut sebatas janji.


"Jadi belum diberangkatkan sampai sekarang. Jadwal dari travel juga hanya jadwal, karena ternyata belum dibayar ke pihak travelnya," ucap dia.



Dia mengungkapkan para jemaah yang mayoritas merupakan masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah itu, mulai menyadari jika mereka diduga ditipu. Akhirnya jalur hukum pun ditempuh.


"Kami mulai curiga dengan diundur-undurnya pemberangkatan. Kemudian saat ditanya ke M dan saudaranya juga tidak pernah jelas. Kadang hanya dijawab iya saja tanpa ada penjelasan. Ditambah pernah ada alasan uangnya belum bisa dikirim, karena ada konflik di Timur Tengah. Ketika ada yang mau usahakan ditolak juga dengan alasan takut donaturnya tersinggung," kata dia.


"Kita laporkan M dan saudaranya. Karena ketidakjelasan ini. Ditambah kasihan masyarakat yang sudah sangat berharap, apalagi mereka yang hanya butuh serabutan. Sudah berharap besar tapi ternyata begini," imbuhnya.



Sementara itu Topan Nugraha sebagai Kuasa Hukum para korban, mengatakan pihaknya sudah melaporkan dugaan penipuan itu ke Polres Cianjur. Menurutnya diduga korban dugaan penipuan berkedok umroh tersebut mencapai 400 orang lebih.


"Kalau korban diduga mencapai lebih dari 400 orang, dari total 28 koordinator. Tapi yang sudah menguasakan dan melapor ada 50 orang," kata dia.


Dia berharap polisi segera menindaklanjuti kasus tersebut, sebab korbannya cukup banyak dan merupakan warga tidak mampu. "Kami mendorong kepolisian untuk segera menyelidiki kasus ini," tuturnya.



Sementara itu, Kasat Reskrim Polres Cianjur AKP Tono Listianto, mengatakan pihanya sudah menerima laporan dugaan penipuan tersebut dan menerjunkan tim untuk melakukan penyelidikan.



"Segera kita selidiki lebih lanjut," ucapnya singkat. (red.w)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved