Kamis, 21 Maret 2024

Berburu Takjil di Pasar Argo Wijil Gunungkidul, Bekas Tambang Disulap Jadi Pasar

 Berburu Takjil di Pasar Argo Wijil Gunungkidul, Bekas Tambang Disulap Jadi Pasar

 


Gunungkidul - , rakyatindonesia.com -Bekas tambang gunung di Padukuhan Gari, Kalurahan Gari, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul kini dimanfaatkan menjadi sentra pasar yang disebut Pasar Argo Wijil. Pasar yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Gari tersebut menyuguhkan makanan tradisional.

Pantauan detikJogja di lokasi pada Selasa (19/3/2024), pukul 16.30 WIB, pasar tersebut masih tampak sepi pengunjung. Terlihat para penjual mulai bersiap menjajakan jualannya, seperti pecel, tempe manding, jadah tempe, hingga dendeng doro atau merpati.

Menginjak pukul 17.00 WIB mulai banyak pengunjung yang mulai berdatangan. Pengunjung yang datang berasal dari berbagai usia, ada yang muda hingga lansia.

Diketahui, di pasar tersebut memiliki dua gedung sebagai tempat berjualan. Selain itu, terdapat panggung, taman bermain, dan lapangan voli di area pasar.

Selama Bulan Ramadan pasar tersebut dibuka sejak sore hingga malam. Bahkan, ada penjual yang membuka lapaknya hingga pukul 02.00 WIB.

Lebih lanjut, Eko mengatakan pengunjung datang lebih banyak selama Bulan Ramadan ketimbang hari biasa. Bahkan, puncak keramaian selalu terjadi di hari Sabtu atau malam Minggu.

"Ada yang dari Nglipar. Ada yang dari Gading (Playen)," lanjutnya.

Sementara itu, Ketua Pengelola Pasar Argo Wijil, Naryanto, menerangkan dulunya pasar tersebut merupakan tempat pertambangan batu kapur yang dimanfaatkan oleh warga sekitar. Bekas tambang tersebut direklamasi dan disulap menjadi pasar oleh warga sejak tahun 2017.

"Gunung ditambang menjadi seperti jurang, direklamasi oleh KLHK (Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan) dan dimanfaatkan jadi pasar," ujar Naryanto kepada detikJogja saat ditemui di lokasi, Selasa (19/3/2024).

Naryanto mengatakan tidak ada tiket khusus untuk pengunjung yang datang. Para pengunjung cukup membayar biaya parkir seharga Rp 2 ribu untuk sepeda motor dan Rp 5 ribu untuk mobil.

Yang menjadi primadona bagi pengunjung di pasar bekas tambang gunung itu, ungkap Naryanto, memang makanan tradisionalnya. Bahkan, Naryanto mengklaim pasar Argo Wijil merupakan pasar pertama di Gunungkidul yang menjajakan banyak makanan tradisional.

Padahal, awalnya Bumdes Gari cukup kesulitan saat mencari pedagang yang mau berjualan di pasar tersebut. Para pedagang pesimis jika makanan mereka bisa laris di tempat tersebut.

"Sempat saya menawarkan ke masyarakat (untuk berjualan) 'halah, pak, arep dodol opo nang tengah deso. Opo yo payu? Durung dikenal' (Halah, pak, mau jual apa di tengah desa. Apa mungkin laris? Masih belum dikenal). Itu menjadi tantangan kami," ujarnya.

Awalnya, di pasar tersebut memiliki 91 pedagang dengan berbagai macam lapak dari pakaian hingga kuliner. Kemudian, mereka hanya akan berjualan pada Minggu pagi.

Namun, seiring berjalannya waktu, Naryanto mulai mencari dan menyeleksi pedagang-pedagang yang berjualan. Kini, hanya pedagang makanan saja yang berjualan di pasar tersebut.

Setiap pekan, ada 35 pedagang terpilih yang bisa berjualan di Pasar Argo Wijil. Pedagang di pasar tersebut merupakan warga asli Kalurahan Gari.

Makanan yang dijual di Pasar Argo Wijil di Padukuhan Gari, Kalurahan Gari, Kapanewon Wonosari, Kabupaten Gunungkidul Foto: Muhammad Iqbal Al Fardi/detikJogja
Dalam penentuan nominasi itu, Naryanto berdiskusi dengan anggota BUMDes lainnya. Adapun kriteria penilaiannya ialah dari segi keunikan, rasa, hingga penyajian.

Hal itu dilakukan untuk menarik pengunjung untuk datang. Setelah para penjual masuk nominasi, pengelola akan mempublikasikannya di media sosial.

"Kan nanti banyak yang nunggu nominasi pekan ini apa. Itu jadi menarik banyak pengunjung untuk datang ke sini," ucap dia.

"Jadi setiap Minggu pagi kita mencari dan mempublikasi di media sosial nominasi kuliner di Pasar Wijil. Dulu saya muter di setiap penjual 'jual apa, bu'," lanjutnya.

Dijelaskan pula oleh Nuryanto bahwa pengunjung selama Bulan Ramadan mencapai 500 orang per hari. "Kalau pengunjung bisa sampai 500 per hari," sebutnya.

Salah seorang pengunjung bernama Ani (23), menuturkan sudah datang ke pasar tersebut sebanyak tiga kali untuk berburu makanan.

"Datangnya nggak setiap hari sih. Selama Ramadan mungkin sekitar tiga kali," jelas Ani kepada detikJogja saat ditemui di lokasi, Selasa (19/3/2024).

"Langsung pulang soalnya mau dibuat buka sama keluarga," katanya.

Salah seorang penjual makanan tradisional bernama Wasinem, mengatakan dagangannya sering kali ludes sebelum buka puasa. Bahkan, pukul 17.30 WIB, ia telah menjual 50 bungkus botok jamur.

"Ini sudah sisa lima," kata Wasinem kepada detikJogja saat ditemui di lokasi.

Wasinem menjual berbagai makanan tradisional dari pepes hingga botok. Pada saat Ramadan, Ia mengaku banyak pembeli yang menyambar lapaknya.

"Nggak sampai magrib biasanya sudah habis jualan saya," ujarnya.

Lapak Wasinem digelar sudah dari awal pasar tersebut dibuka. Ia menerangkan betah berjualan di pasar tersebut sebab sering kali barangnya laris manis.

Sementara itu, semakin mendekati waktu berbuka puasa, semakin ramai pula pengunjung yang datang ke Pasar Argo Wijil. (red.Tim)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved