Jakarta, rakyatindonesia.com – Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon menegaskan bahwa pangan lokal memiliki peran fundamental dalam pemajuan kebudayaan Indonesia. Pernyataan ini merujuk pada amanat Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017, yang menempatkan budaya pangan sebagai bagian tak terpisahkan dari tradisi, kearifan lokal, serta sektor pertanian nasional.
“Pangan bukan sekadar kebutuhan konsumsi, tetapi juga menyangkut nilai-nilai budaya yang telah diwariskan secara turun-temurun. Berbagai jenis tanaman pangan, seperti padi, jagung, dan palawija, memiliki ritual, upacara, serta doa-doa tertentu yang mencerminkan hubungan erat antara manusia dan alam. Bahkan, sistem pengairan tradisional kita, seperti subak di Bali, telah mendapat pengakuan dunia sebagai warisan budaya UNESCO,” ungkap Fadli Zon dalam keterangannya, Minggu (16/3/2025).
Pernyataan tersebut disampaikannya dalam Diskusi Budaya Pangan Nusantara yang berlangsung di Warung Kangen Desa Joglo Nusantara, Depok, Jawa Barat, pada Sabtu (15/3). Acara ini merupakan hasil kolaborasi antara Joglo Nusantara, Kementerian Kebudayaan, serta Pemerintah Kota Depok, yang bertujuan untuk menggali lebih dalam mengenai budaya pangan lokal, ketahanan pangan nasional, serta relevansinya dalam menjaga keberlanjutan tradisi dan mendukung swasembada pangan di Indonesia.
Lebih lanjut, Fadli Zon menyoroti bahwa pangan bukan hanya sekadar kebutuhan biologis, melainkan juga bagian dari ekspresi budaya yang memiliki nilai luhur serta filosofi mendalam. Kuliner tradisional Indonesia, menurutnya, merupakan warisan budaya takbenda yang mencerminkan kekayaan sejarah dan kearifan lokal masyarakat.
“Kuliner kita bukan hanya soal rasa, tetapi juga mencerminkan sejarah, identitas, serta keberagaman masyarakat Indonesia. Salah satu contoh adalah rendang yang memiliki lebih dari 24 varian berbeda di berbagai daerah. Tahun ini, pemerintah juga tengah mengajukan tempe ke UNESCO sebagai warisan budaya takbenda, setelah sebelumnya jamu berhasil memperoleh pengakuan internasional pada tahun 2023,” jelasnya.
Dalam kesempatan yang sama, Fadli Zon juga menyoroti urgensi diversifikasi pangan guna mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor, khususnya gandum dan beras. Menurutnya, ketergantungan ini dapat berdampak negatif terhadap ketahanan pangan nasional serta kesejahteraan petani.
“Pemerintah telah menetapkan target swasembada pangan dalam empat hingga lima tahun ke depan, sebagaimana diinstruksikan Presiden Prabowo. Untuk mencapai tujuan tersebut, kita perlu memperkuat diversifikasi pangan agar tidak terus bergantung pada impor. Saat ini, Indonesia masih mengimpor sekitar 12 juta ton gandum per tahun, yang sebagian besar digunakan untuk produksi mie instan dan berbagai produk olahan lainnya. Selain itu, kita juga masih mengimpor 2-3 juta ton beras, yang berisiko merugikan petani lokal,” terangnya.
Sebagai langkah nyata dalam meningkatkan kesejahteraan petani dan mendorong kemandirian pangan, pemerintah telah menaikkan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) untuk gabah kering panen menjadi Rp6.500 per kilogram. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan pendapatan petani serta mendorong produksi dalam negeri.
“Diversifikasi pangan adalah kunci utama dalam mewujudkan swasembada karbohidrat dan protein. Salah satu alternatif yang tengah didorong adalah pengembangan tanaman sorgum, yang dapat menjadi substitusi bagi gandum serta mengurangi ketergantungan pada impor. Selain itu, sorgum juga memiliki nilai gizi tinggi dan dapat tumbuh di berbagai jenis tanah, sehingga cocok dikembangkan di Indonesia,” tambahnya.
Di sisi lain, Wali Kota Depok Supian Suri yang turut hadir dalam diskusi tersebut mengapresiasi kehadiran Fadli Zon dan mendukung inisiatif pemerintah dalam memperkuat budaya pangan lokal.
“Di tengah arus modernisasi dan pragmatisme kehidupan perkotaan, kami ingin menjadikan Depok sebagai kota yang inklusif dan tetap menjaga kehijauan lingkungan. Salah satu upaya yang kami lakukan adalah mengembangkan kawasan hijau seluas 7 hektare sebagai hutan raya, serta mendorong pertanian urban dan pemanfaatan potensi sumber daya alam lokal,” ujarnya.
Lebih lanjut, Supian Suri juga mengajak masyarakat untuk lebih aktif dalam mengembangkan pertanian perkotaan melalui urban farming, budidaya ikan hias, serta tanaman hias. Menurutnya, sektor-sektor ini memiliki potensi besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga keberlanjutan lingkungan.
Dengan berbagai langkah strategis yang tengah dilakukan, diharapkan pangan lokal tidak hanya menjadi bagian dari warisan budaya, tetapi juga menjadi pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional yang mandiri dan berkelanjutan.(Red.AL)
FOLLOW THE Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram