Sunday, May 25, 2025

Keris dan Pusaka Tua Jadi Primadona di Festival Kuno Kini 2025, Generasi Muda Diajak Cinta Warisan Leluhur

Keris dan Pusaka Tua Jadi Primadona di Festival Kuno Kini 2025, Generasi Muda Diajak Cinta Warisan Leluhur

 


KEDIRI, rakyatindonesia.com - Festival Kuno Kini 2025 di Simpang Lima Gumul Kediri tak hanya menghadirkan keseruan dari kuliner tradisional dan panggung pertunjukan seni tempo dulu. Di balik gemerlap stan UMKM dan hiburan, terdapat satu sudut yang mencuri perhatian pengunjung: stan keris dan pusaka antik milik Komunitas Panji Kahuripan Kota Kediri.

Stan ini seolah membawa pengunjung menyelami ruang waktu—menyuguhkan koleksi keris dari berbagai zaman, lengkap dengan kisah dan filosofi di balik bilah-bilah besinya.

“Kalau bicara keris sepuh, itu bukan sekadar senjata, tapi peninggalan sejarah. Usianya bisa ratusan tahun dan nilainya luar biasa. Bisa sampai miliaran kalau benar-benar autentik,” tutur Mas Bay, anggota komunitas Panji Kahuripan, saat ditemui pada Jumat (24/5/2025).

Ia menjelaskan bahwa keris tidak hanya dinilai dari bentuk fisiknya, tetapi dari pamor (pola bilah), usia, bahan, hingga nilai filosofisnya. Ada keris kamardikan (buatan modern), kinantah (berhias emas atau permata), hingga keris pusaka kuno yang menjadi warisan turun-temurun.

Beberapa jenis keris yang dipamerkan di antaranya Brojol, Jalak Tilam Sari, Pulang Geni, Jangkung, Pandawa Lok Lima, hingga Lok Sembilan. Setiap bilah menyimpan pesan—ada yang melambangkan keselamatan, kewibawaan, bahkan kepemimpinan.

“Keris itu simbol. Ia bukan sekadar benda tajam, tapi bagian dari budaya dan spiritualitas. Kalau kita rawat, artinya kita sedang menjaga jati diri bangsa,” ujarnya penuh semangat.

Tak hanya pameran, Panji Kahuripan juga membuka sesi edukasi ringan dan lelang terbuka bagi pecinta benda pusaka. Harga keris bervariasi, mulai Rp300 ribu hingga jutaan rupiah, tergantung kelangkaan dan karakteristiknya.

Mas Bay mengungkapkan bahwa keterlibatan komunitasnya di Festival Kuno Kini bukan semata untuk berdagang, melainkan untuk menghidupkan kembali semangat pelestarian budaya.

“Kami ingin generasi muda tidak sekadar mengenal budaya dari buku sejarah, tapi juga menyentuh, melihat langsung, dan merasakannya. Karena warisan budaya tak akan hidup kalau tidak diwariskan,” katanya.

Ia pun berharap agar Festival Kuno Kini bisa menjadi agenda tetap tahunan, karena kegiatan semacam ini memberikan ruang yang sangat berarti bagi komunitas budaya, terutama yang fokus pada pelestarian benda-benda pusaka.

“Anak muda sekarang harus tahu, kita punya kekayaan budaya yang luar biasa. Jangan sampai pusaka-pusaka ini hanya jadi koleksi di luar negeri, padahal itu warisan nenek moyang kita,” tegas Mas Bay.

Festival Kuno Kini bukan hanya ajang belanja atau hiburan semata. Di balik atmosfer nostalgia yang ditawarkan, tersimpan misi penting: menghidupkan kembali kesadaran akan akar budaya bangsa.

Dari keris yang berlumur sejarah, hingga barang-barang antik lain yang sarat makna, semua menjadi jembatan agar warisan budaya Indonesia tak lekang oleh zaman. Harapannya, kegiatan seperti ini mampu menjadi sarana edukasi dan pelestarian yang berkelanjutan, mengakar kuat di hati generasi muda Kediri dan sekitarnya.(RED.AL)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved