Saturday, May 10, 2025

Meriah! Ritual Manten Tebu di PG Ngadiredjo Dimeriahkan Arak-Arakan dan Reog, Ribuan Warga Tumpah Ruah Saksikan Tradisi

Meriah! Ritual Manten Tebu di PG Ngadiredjo Dimeriahkan Arak-Arakan dan Reog, Ribuan Warga Tumpah Ruah Saksikan Tradisi

  


KEDIRI, rakyatindonesia.com  – Kemeriahan luar biasa terasa di kawasan Pabrik Gula (PG) Ngadiredjo, Kabupaten Kediri, Sabtu (9/5/2025). Tradisi tahunan “manten tebu” kembali digelar untuk menandai dibukanya musim giling, dengan suguhan arak-arakan tebu lengkap dan atraksi budaya Reog Ponorogo yang menyedot ribuan pasang mata warga.

Pagi itu, sejak pukul 07.45 WIB, arak-arakan dimulai dengan membawa 13 batang tebu pilihan hasil panen petani mitra PG Ngadiredjo. Tebu-tebu tersebut dirangkai indah, dibungkus kertas emas, janur, dan dihiasi ornamen kembar mayang. Seperti dalam ritual pernikahan adat Jawa, sepasang muda-mudi memimpin rombongan sambil membawa simbol kesuburan dan harapan berkah hasil panen.

Arak-arakan ini tak hanya menjadi tontonan, tapi juga menjadi bagian penting dari budaya agrikultur masyarakat sekitar. "Tradisi ini bukan sekadar seremoni, tapi bentuk penghormatan terhadap alam dan simbol doa agar proses giling berjalan lancar," ungkap Suhadi, Asisten Manager Tebang Muat Angkut PG Ngadiredjo yang memimpin langsung jalannya prosesi.

Kehadiran Reog Ponorogo menambah semarak acara. Banyak warga terlihat sangat antusias, bahkan berebut tempat untuk berfoto atau merekam momen saat rombongan Reog melewati mereka. “Tahun lalu hanya ada jaranan. Kali ini jauh lebih ramai dan menarik,” ujar Yanti (50), warga Desa Jambean, Kecamatan Kras, yang rela datang sejak pagi demi melihat langsung ritual yang menurutnya penuh nilai budaya ini.

General Manager PG Ngadiredjo, Wayan Mei Purwono, menyebut kemeriahan tahun ini menjadi bentuk komitmen PG dalam melestarikan tradisi yang telah berlangsung lebih dari satu abad. “Kami sengaja menghadirkan beragam kesenian seperti wayang kulit, jaranan, dan reog agar tradisi ini tetap hidup dan menjadi hiburan sekaligus edukasi budaya bagi masyarakat,” jelasnya.

Ia juga menyebutkan bahwa kegiatan ini menjadi sarana mempererat hubungan antara perusahaan, petani tebu, dan masyarakat sekitar. “Semangat gotong royong dan kebersamaan yang terbangun dari acara seperti ini adalah kunci keberlangsungan industri gula yang kita banggakan bersama,” imbuhnya.

Tradisi manten tebu di PG Ngadiredjo bukan hanya sebuah perayaan, melainkan warisan budaya yang terus dijaga dan diwariskan lintas generasi. Setiap tahun, gelaran ini menjadi ajang bertemunya sejarah, seni, dan harapan baru dalam setiap musim giling.(red.al)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved