KEDIRI, rakyatindonesia.com - Mengusung konsep anti-mainstream di tengah arus musik modern, ODGJ Sinar Djaja hadir bukan sekadar tampil, tapi membangkitkan kenangan masa lalu dengan gaya khas dan totalitas yang otentik.
Di tengah gegap gempita Festival Kediri Kuno-Kini 2025 yang digelar di area ikonik Simpang Lima Gumul, ada satu penampil yang sukses mencuri perhatian. Bukan karena efek visual atau teknologi panggung modern, melainkan karena totalitas mereka menghidupkan kembali era kejayaan dangdut tempo dulu: ODGJ Sinar Djaja.
Nama mereka memang unik: ODGJ. Namun bukan singkatan dari istilah yang umum kita dengar, melainkan kependekan dari Orkes Dangdut Gaya Jadul. Sebuah grup musik yang menyuguhkan hiburan lewat nuansa retro, mulai dari lagu, kostum, hingga gaya panggung.
“Bukan soal eksis atau viral. Kami ingin menghadirkan pengalaman nostalgia,” kata Mochamad Rofiq, pendiri sekaligus gitaris ODGJ Sinar Djaja, yang akrab disapa Koplak Gitar, saat ditemui sebelum naik panggung (25/5).
Dengan dandanan nyentrik—kemeja warna terang, celana cutbray, dan rambut palsu kribo—grup musik asal Desa Ringinsari, Kecamatan Kandat ini tampil total. Mereka membawakan lagu-lagu legenda dangdut tahun 70-an, seperti karya-karya Rhoma Irama, Elvy Sukaesih, dan Ida Laila. “Kami batasi hanya di rentang 70-an hingga pertengahan 80-an. Di luar itu, kami nggak mainkan,” ujarnya tegas.
Apa daya tarik Kediri, sehingga masyarakat dari luar Kediri mau datang ke Kediri? Jawabannya: Pesantren. Iya, memang keberadaan Pesantren di Kediri, seperti Lirboyo dan Ploso, menjadi magnet utama.
Namun kini, ada satu lagi yang ikut menjadi daya tarik: Festival Kediri Kuno-Kini. Dan kehadiran grup-grup unik seperti ODGJ Sinar Djaja memberi warna tersendiri dalam festival ini.
“Kami mencoba berbeda. Musisi dan penyanyi kami ibarat satu panggung, bukan sekadar pengiring. Semua ikut menghibur, semua terlibat,” imbuh Rofiq. Jumlah personel mereka pun cukup besar—17 orang, terdiri dari 10 musisi dan 7 vokalis yang bergantian tampil.
Berawal dari tongkrongan warung kopi dan obrolan santai, para personel ODGJ Sinar Djaja berasal dari latar profesi beragam. Ada pensiunan paramedis, karyawan bank, kuli bangunan, dan bahkan tukang. Tapi satu hal yang menyatukan mereka: kecintaan terhadap musik dangdut klasik.
“Memang market kami tersegmentasi. Tapi kami percaya, kenangan itu tidak pernah basi,” ucapnya sambil tersenyum. “Kami bangga, karena sekarang mulai banyak anak muda yang menikmati penampilan kami. Mungkin karena retro lagi tren, tapi kami senang karena pesan nostalgia kami sampai ke lintas generasi.”
Meski genre yang mereka usung bukan musik arus utama, ODGJ Sinar Djaja tetap konsisten pada jalurnya. Mereka percaya, pasar musik tidak selalu tentang viral atau trending, tapi soal pengalaman dan koneksi emosional.
“Apresiasi tinggi kami sampaikan kepada Mas Dhito yang telah menghadirkan panggung sebesar ini untuk seniman lokal. Ini panggung kami untuk berbagi kenangan,” tutup Rofiq.
Jadi, ketika bicara tentang daya tarik wisata Kediri, jangan hanya bicara soal Gunung Kelud atau pesantren. Daya tarik itu kini juga bisa hadir lewat festival budaya dan musik yang membangkitkan nostalgia, seperti yang ditampilkan oleh ODGJ Sinar Djaja.
Karena kenangan, sebagaimana musik jadul yang mereka bawa, tidak akan pernah kehilangan tempatnya di hati para penikmatnya. Festival Kediri Kuno-Kini pun menjelma menjadi panggung yang menyatukan masa lalu dan masa kini—dan semoga, tetap berlanjut di masa depan.(RED.AL)
FOLLOW THE Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram