KEDIRI, rakyatindonesia.com – Bendung Gerak Waru Turi di Kabupaten Kediri, yang selama ini menjadi andalan sistem irigasi di wilayah selatan Sungai Brantas, kini menghadapi ancaman serius dari pencemaran lingkungan. Limbah pabrik gula yang diduga dibuang ke aliran sungai, serta penumpukan sampah dan enceng gondok, menyebabkan penurunan kualitas air dan mengganggu fungsi utama bendungan.
Sungai Brantas merupakan salah satu sungai terpenting di Jawa Timur, membentang dari Desa Sumber Brantas di kaki Gunung Arjuno, Kota Batu, hingga bermuara ke wilayah hilir di Mojokerto dan Surabaya. Sungai ini melewati sejumlah daerah seperti Kota Malang, Blitar, Tulungagung, Kediri, hingga Jombang, sebelum akhirnya bercabang menjadi Kali Surabaya dan Kali Porong.
Di sepanjang perjalanannya, sungai ini menopang kebutuhan irigasi ribuan hektar lahan pertanian serta menjadi sumber air bagi jutaan penduduk. Namun, kondisi tersebut kini terancam karena pencemaran yang terjadi di salah satu titik vitalnya, yakni Bendung Gerak Waru Turi.
“Limbah pabrik gula menjadi masalah utama saat ini. Selain merusak kualitas air, limbah ini juga mempercepat endapan lumpur di dasar bendungan, memperparah pertumbuhan enceng gondok, dan membuat kawasan ini kurang layak sebagai destinasi wisata,” kata Zakaria, petugas di lokasi bendungan.
Zakaria menambahkan, pihak pengelola sudah sejak lama mengajukan permintaan bantuan alat berat jenis amfibi yang dirancang khusus untuk membersihkan sampah dan sedimen dari aliran sungai. “Kami sudah mengusulkan alat itu beberapa bulan lalu. Sayangnya, sampai hari ini belum ada tindak lanjut dari pihak terkait,” jelasnya.
Padahal, keberadaan alat tersebut dinilai sangat krusial. Selain membantu mempercepat proses pembersihan sungai, juga akan mengurangi ketergantungan pada tenaga manual yang kurang efisien untuk menangani masalah dalam skala besar.
Bendung Gerak Waru Turi memiliki fungsi vital dalam menyalurkan air ke tiga saluran irigasi utama: Warujayeng (kiri), Turi-Tunggrono, dan Papar-Peterongan. Selain itu, bendungan ini juga berperan dalam mengatur debit Sungai Brantas dan mencegah banjir di wilayah hilir.
Namun, dengan kondisi yang tercemar dan tidak optimalnya pengelolaan sampah dan limbah, dikhawatirkan tujuan awal pembangunan bendungan ini tidak akan tercapai secara maksimal. Tidak hanya mengancam sektor pertanian, pencemaran ini juga berdampak pada sektor pariwisata dan kesehatan masyarakat di sekitar aliran sungai.
Sampah rumah tangga, limbah pabrik, hingga enceng gondok yang tumbuh liar, kini tampak mendominasi permukaan air di beberapa titik. Selain mengganggu kelancaran aliran air, hal ini juga menimbulkan bau tak sedap dan merusak estetika lingkungan.
“Kami berharap ada perhatian serius dari pemerintah daerah maupun pusat. Jangan sampai sungai yang menjadi urat nadi masyarakat ini rusak karena kelalaian bersama,” ujar Zakaria.
Pemerintah Kabupaten Kediri maupun instansi terkait diharapkan segera merespons kondisi ini dengan tindakan nyata, termasuk mempercepat pengadaan alat berat, memperketat pengawasan terhadap pabrik-pabrik yang beroperasi di sekitar Sungai Brantas, serta meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sungai.
Tanpa langkah konkret, Sungai Brantas yang selama ini menjadi tulang punggung irigasi, sumber air, dan potensi wisata bisa berubah menjadi ancaman lingkungan yang serius.(red.al)
FOLLOW THE Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram