Kediri, rakyatindonesia.com – Suasana khidmat menyelimuti Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Mojo, Kabupaten Kediri, saat peringatan haul ke-33 Kiai Chamim Thohari Djazuli atau yang akrab dikenal Gus Miek, Senin malam (9/6). Ribuan jemaah dari berbagai penjuru Jawa Timur tumplek blek di kawasan ponpes untuk mengikuti dzikir bersama, dzikrul ghofilin, sebagai bentuk penghormatan kepada ulama karismatis tersebut.
Acara haul yang digelar rutin setiap tahun ini menjadi magnet spiritual tersendiri. Jemaah tidak hanya datang dari Kediri dan sekitarnya, tapi juga dari luar daerah seperti Tulungagung, Trenggalek, Nganjuk, hingga Surabaya. Ruas jalan di depan Ponpes Ploso pun dipenuhi lautan manusia yang datang dengan penuh kecintaan dan kerinduan terhadap sosok Gus Miek.
Sejumlah tokoh penting dan pejabat turut hadir dalam peringatan tersebut. Di antaranya Plt Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak, Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati, Bupati Tulungagung Gatut Sunu Wibowo, dan kepala daerah lain di wilayah Jawa Timur.
“Kami hadir memenuhi undangan haul Gus Miek yang ke-33 dan haul Nyai Lilik Suyati yang ke-6. Ini adalah kehadiran saya yang kedua setelah pandemi Covid-19,” ujar Emil Dardak. Ia menyebut Gus Miek sebagai sosok ulama yang luar biasa dalam pendekatan dakwahnya—mampu merangkul berbagai lapisan masyarakat dengan nilai-nilai spiritualitas dan toleransi yang tinggi.
“Haul ini bukan hanya momen mengenang, tapi juga memperkuat nilai spiritual dan kebersamaan antarumat,” ungkap Emil. Ia berharap tradisi dzikrul ghofilin bisa terus tumbuh sebagai gerakan spiritual yang mempererat nilai-nilai toleransi dalam kehidupan sosial.
Sementara itu, Wali Kota Kediri Vinanda Prameswati mengaku merasa terhormat bisa hadir langsung dalam peringatan haul tersebut. Ia menyebut Gus Miek sebagai tokoh besar yang tak hanya dihormati karena kealimannya, tetapi juga karena keteladanannya dalam menyebarkan Islam yang damai.
“Gus Miek adalah sosok panutan dan salah satu pejuang Islam yang menyebarkan ajaran Islam dengan penuh toleransi. Warisan spiritualnya masih sangat terasa hingga hari ini,” terang Vinanda.
Menurut pantauan di lokasi, jemaah yang hadir tidak hanya memenuhi halaman Ponpes Ploso, namun juga memadati jalanan hingga ratusan meter. Jalur penghubung antara Kabupaten Kediri dan Tulungagung praktis tertutup oleh massa. Para jemaah duduk bersila, larut dalam dzikir, tanpa memedulikan panas maupun padatnya kerumunan.
Acara berlangsung khusyuk dan penuh kehangatan. Dzikir, doa, serta lantunan shalawat menggema sepanjang malam, menjadikan haul Gus Miek tak sekadar seremoni, tapi peristiwa spiritual yang menyatukan ribuan hati dalam kekhusyukan dan rasa cinta kepada ulama pewaris nabi.(red.al)
FOLLOW THE Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram