Tuesday, June 3, 2025

Peringati Hari Lahir Tan Malaka, Pemuda Kediri Gelar Ziarah, Tadarus Buku, dan Serukan “Bulan Tan Malaka”

Peringati Hari Lahir Tan Malaka, Pemuda Kediri Gelar Ziarah, Tadarus Buku, dan Serukan “Bulan Tan Malaka”

  


KEDIRI,  rakyatindonesia.com – Suasana hening menyelimuti areal pemakaman umum di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Senin pagi (2/6/2025). Sejumlah anak muda tampak berkumpul khidmat di depan sebuah pusara yang diyakini sebagai makam tokoh revolusioner Tan Malaka. Mereka datang bukan sekadar berziarah, tapi juga menumbuhkan kembali semangat membaca sejarah dan pemikiran pemuda progresif.

Kegiatan ini diinisiasi oleh komunitas literasi Tualang Buku, bersama dengan sejumlah pemuda dari berbagai wilayah di Kediri Raya. Tak hanya ziarah, mereka juga membersihkan area makam dan melanjutkan perjalanan ke Monumen Tan Malaka yang berada di Desa Petok, Kecamatan Mojo — sebuah tempat yang menjadi bagian penting dalam jejak pergerakan tokoh kelahiran Sumatera Barat itu selama di Kediri.

“Selain bersih-bersih makam dan ziarah, kami juga menggelar rangkaian kegiatan seperti tadarus buku tulisan Tan Malaka, baca puisi, nonton bareng, hingga diskusi lintas generasi,” ujar Iwan Kurniawan, aktivis literasi Tualang Buku yang akrab disapa Iwan Tualang.

Menurut Iwan, tadarus buku akan digelar di kawasan Kampung Inggris, Pare, dengan mengangkat topik-topik dari karya Tan Malaka seperti MadilogGerpolek, dan Naar de Republiek Indonesia. Ia berharap kegiatan tersebut bisa menggugah semangat anak muda untuk lebih memahami sejarah bangsanya, bukan hanya dari kutipan semata, tetapi dari bacaan yang utuh.

Kami ingin menjadikan Juni sebagai Bulan Tan Malaka, sebagaimana Blitar punya Bulan Bung Karno. Harapannya, Kediri juga punya ikon peringatan sejarah yang membumi, yang dekat dengan rakyat dan anak muda,” tegas Iwan.

Sayangnya, Iwan menilai antusiasme masyarakat umum terhadap sejarah Tan Malaka di Kediri masih belum seimbang. “Nggak seimbang antara yang jadul sama kekiniannya. Saat yang viral justru hiburan modern, kadang sejarah yang sesungguhnya jadi tenggelam. Padahal nama besar Tan Malaka seharusnya bisa jadi identitas kuat Kediri sebagai kota pemikiran dan perlawanan,” sindirnya.

Iwan juga mengajak agar momentum peringatan ini tidak hanya berhenti pada seremoni tahunan, tetapi bisa menjadi gerakan literasi dan penguatan identitas sejarah lokal. “Kalau di CFD atau festival lainnya kita semangat pakai kebaya dan baju lurik, kenapa enggak saat ziarah dan diskusi Tan Malaka juga kita tonjolkan spirit lokal? Jangan cuma kebudayaan pop Korea dan thrifting yang mendominasi ruang publik.

Tan Malaka, tokoh kelahiran Pandam Gadang, Sumatera Barat pada 2 Juni 1897, dikenal sebagai pemikir kritis, pejuang kemerdekaan, dan pendiri Partai Murba. Ia diakui sebagai Pahlawan Nasional sejak 1963 lewat Keppres No. 53 yang ditandatangani Presiden Soekarno. Ia wafat pada 21 Februari 1949 dan dimakamkan di Selopanggung, Kediri. Meskipun pada 2017 makamnya dipindahkan secara simbolis ke kampung halamannya, banyak kalangan meyakini tempat tersebut tetap menyimpan nilai sejarah penting.

Pemikiran Tan Malaka seperti tentang idealisme sebagai kemewahan terakhir pemuda, itu masih sangat relevan. Di zaman banjir konten ini, kita butuh pemuda yang tahan terhadap distraksi dan tetap punya cita-cita besar,” pungkas Iwan.(red.al)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved