Lamongan, rakyatindonesia.com – Salah seorang petambak di Lamongan mampu memanfaatkan teknologi solar sel atau pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) untuk meminimalisir biaya kebutuhan listrik dalam budidaya udang. Dia pun meraup untung besar berkat panen udangnya yang berlimpah dan hemat biaya produksi.
Petambak tersebut bernama Hamam, warga Desa Geger, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan. Dengan pemanfaatan teknologi solar sel, kini sejumlah alat seperti penggerak dinamo, kincir, pompa air, penerangan lahan dan mekanik lainnya lebih hemat biaya.
Hamam menceritakan, sebelumnya biaya kebutuhan listrik di tambaknya sangat besar. Bahkan, besarnya biaya listrik itu bisa mengakibatkan berkurangnya keuntungan yang dihasilkan dari tambaknya.
Atas dasar itulah Hamam akhirnya memutuskan untuk beralih memakai PLTS guna memangkas pengeluaran listrik. Bahkan, keuntungan lain memakai PLTS ini juga ramah lingkungan.
“Menurut saya, ini adalah solusi untuk menghemat biaya listrik yang dibutuhkan. Sehingga juga bisa memangkas kerugian usaha,” ujar pria yang juga berstatus sebagai Sekretaris Desa Geger itu, Selasa (23/8/2022).
Lebih lanjut Hamam mengungkapkan sejak dulu pihaknya senang mengelola sawah tambak. Seiring berjalannya waktu dan setelah melalui sejumlah pertimbangan, ia kemudian memanfaatkan PLTS.
Beberapa pertimbangan itu, sebut Hamam, salah satunya karena budidaya udang vaname intensif yang dijalaninya ini memiliki jumlah bibit udang yang padat, beda dengan budidaya vaname tradisional yang jumlah bibitnya lebih sedikit.
Sehingga, tambah Hamam, budidaya intensif dengan jumlah ikan yang begitu padat itu tentu membutuhkan kincir yang selalu aktif untuk memenuhi kebutuhan oksigen bagi udang vaname yang dibudidayanya agar selalu sehat dan tak mati.
“Intinya kebutuhan aliran listrik itu harus selalu ada untuk mengaktifkan kincir serta menggerakkan dinamo. Saat ini, saya semakin mantap untuk mewujudkan PLTS,” ungkap pria yang juga Wakil Ketua DPD LDII Lamongan ini.
Mengenai perakitan alat PLTS ini, Hamam menjelaskan, hal itu disesuaikan dengan besaran daya yang dibutuhkan. Hal itu agar pengelolaan intensif ini berjalan dengan ideal dan mampu menekan biaya yang dikeluarkan.
“Tenaga surya itu bisa dirakit hanya dalam waktu seminggu. Tentunya hal itu juga harus didukung oleh modal yang cukup, agar bisa cepat selesai. Harus ada penataan ruang dan penataan operasional juga,” bebernya.
Ia mencontohkan, apabila daya yang dibutuhkan adalah 900 Watt dalam sehari, maka hal itu dikalikan dengan kebutuhan total dalam 1 hari atau 24 jam. Satu panel dengan daya 100 WP, setidaknya mampu mengambil energi dari matahari sekitar 500 Watt per hari.
Kemudian sinar matahari yang ditangkap oleh alat panel surya ini turun ke panel control, yang kemudian nanti dilanjutkan ke kontraktor untuk output AC dan disalurkan ke mesin-mesin untuk budidaya udang intensif.
“Saya ingin buktikan bahwasanya petani bisa membuat panel surya. Saya sudah mencoba pakai energi panel surya untuk pengoperasian alat pemberian pakan secara otomatis hanya dengan 1 unit panel surya,” akunya.
Masih kata Hamam, dengan terpenuhinya listrik dari PLTS, ia bisa kerja dari rumah, dengan hasil produksi yang tetap maksimal.
“Sistem yang saya terapkan ini termasuk smart farming, karena saya bisa mengontrol kondisi tambak dengan menggunakan HP Android dari jarak jauh. Hasilnya berlimpah, pekerjaannya pun mudah, itulah harapan saya. Semoga petani bisa tetap semangat dan sukses,” tandasnya. (red.hr)
FOLLOW THE Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram