Sabtu, 18 Februari 2023

PBB Kekurangan Dana, Bantuan Pangan untuk Pengungsi Rohingya Dipangkas

PBB Kekurangan Dana, Bantuan Pangan untuk Pengungsi Rohingya Dipangkas

 

Jakarta, rakyatindonesia.com - Persatuan Bangsa-bangsa berencana memangkas bantuan pangan untuk pengungsi Rohingya di Bangladesh, karena kekurangan dana. Pemangkasan ini diperingatkan badan dunia itu, Jumat, 17 Februari 2023, akan memperdalam kerawanan pangan dan kekurangan gizi di pengungsian terbesar di dunia itu.

Sekitar 730.000 Rohingya, minoritas kebanyakan muslim yang dipersekusi dari negara bagian Rakhine, Myanmar, melarikan diri ke Bangladesh pada 2017 untuk menghindari tindakan keras tentara yang dikatakan PBB memiliki niat untuk melakukan genosida. Termasuk yang lain yang lebih dulu pergi, hampir 1 juta orang tinggal di pondok-pondok berdinding bambu dan lembaran plastik.

Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan mereka akan mengurangi nilai bantuan pangannya menjadi US$ 10 (sekitar Rp 150 ribu) per orang dari US$12 (sekitar Rp 180 ribu), mulai bulan depan. Anggaran donor telah diregangkan oleh pandemi, penurunan ekonomi dan krisis di seluruh dunia.

WFP meminta dana darurat US$125 juta (sekitar Rp 1,9 triliun), memperingatkan dampak yang “sangat besar dan bertahan lama” terhadap ketahanan pangan dan nutrisi di kamp-kamp yang penuh dengan kasus kekurangan gizi, di mana lebih dari sepertiga anak stunting dan denga berat badan di bawah normal.

Pemangkasan dapat menyebabkan lebih banyak orang Rohingya yang mengambil langkah putus asa untuk mencari kerja, kata Mohammed Mizanur Rahman, komisioner pengungsi dan repatriasi, yang berbasis di Cox's Bazar, distrik perbatasan tempat para pengungsi tinggal.

Rohingya dilarang bekerja untuk menambah penghasilan mereka, dan Bangladesh telah membangun pagar di sekeliling perkemahan untuk menghalangi mereka pergi. Tetapi semakin banyak yang melarikan diri ke negara-negara seperti Malaysia dan Indonesia melalui perjalanan perahu yang berbahaya dan seringkali fatal, karena kejahatan dengan kekerasan menambah masalah yang sudah berlangsung lama seperti kurangnya kesempatan pendidikan dan pekerjaan serta prospek suram untuk kembali ke Myanmar yang dikuasai militer.

Sebuah kapal bermuatan 69 orang Rohingya mendarat di Aceh, Indonesia, Kamis, 16 Februari 2023. Menanggapi hal ini, Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia Usman Hamid mengatakan krisis yang dihadapi pengungsi Rohingya di lautan akan terus berlanjut selama tidak ada solusi regional terhadap masalah yang sudah menahun ini.

“Apalagi terdapat kemungkinan akan ada lagi kapal-kapal yang mengangkut pengungsi Rohingya karena situasi yang tidak kunjung membaik di Myanmar maupun situasi kamp pengungsian di Bangladesh yang tidak memadai,” kata Usman dalam pernyataan pers yang diterima Tempo, Jumat, 17 Februari 2023.

Menurutnya, ada berbagai mekanisme di tingkat regional yang bisa menghasilkan respons tegas dan efektif untuk masalah ini, termasuk melalui ASEAN yang pada tahun ini dalam keketuaan Indonesia. “Negara-negara di kawasan perlu memastikan adanya mekanisme koordinasi search and rescue yang efektif untuk menolong pengungsi di lautan. Bantuan kemanusiaan pun perlu siap diberikan pada pengungsi, baik yang berada di lautan maupun yang terdampar di pantai,” lanjutnya.

Indonesia sebagai Ketua ASEAN, katanya, harus segera membahas langkah-langkah penanganan krisis pengungsi Rohingya secara lebih konkret. Indonesia juga memiliki posisi strategis melalui Bali Process untuk kembali memulai diskusi regional tentang penyelamatan pengungsi di lautan. “Tanggung jawab kemanusiaan untuk memastikan keselamatan pengungsi adalah tugas bersama semua negara di kawasan,” ujar Usman. (Red.sl)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved