Thursday, April 10, 2025

BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Kediri Raya hingga 12 April, Warga Diminta Waspada

BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Kediri Raya hingga 12 April, Warga Diminta Waspada

 



Kediri,  rakyatindonesia.com – Masyarakat di wilayah Kediri Raya diminta meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem yang diperkirakan akan berlangsung hingga 12 April 2025. Hal ini disampaikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebagai respons atas dinamika atmosfer yang terjadi selama masa transisi musim atau pancaroba.

Prakirawan Cuaca BMKG Stasiun Meteorologi Dhoho Kediri, Ratih Ramadhanti, mengungkapkan bahwa saat ini Kediri Raya mulai memasuki periode peralihan dari musim hujan ke musim kemarau. Dalam fase ini, kondisi atmosfer cenderung tidak stabil, sehingga berpotensi memunculkan cuaca ekstrem seperti hujan lebat yang disertai angin kencang dan petir.

“Biasanya hujan turun pada siang hingga malam hari, dengan intensitas yang cukup tinggi. Perubahan cuaca berlangsung cepat dan dinamis,” jelas Ratih saat dikonfirmasi pada Rabu (9/4/2025).

Menurutnya, kondisi siang hari yang panas memicu labilnya atmosfer sehingga memicu pembentukan awan konvektif. Awan jenis ini dikenal sebagai pemicu utama hujan lebat disertai petir dan angin kencang.

“Selain faktor pancaroba, aktivitas cuaca ini juga dipengaruhi oleh dinamika atmosfer seperti konvergensi angin, gelombang equatorial Rossby, dan gelombang Kelvin yang memperkuat potensi curah hujan,” terangnya.

BMKG juga memberikan peringatan kepada masyarakat agar tidak berteduh di bawah pohon atau baliho saat terjadi hujan deras. Ratih mengimbau agar masyarakat senantiasa memantau informasi resmi dari BMKG melalui aplikasi, website, atau media sosial resmi untuk mendapatkan pembaruan cuaca terkini.

Lebih lanjut, Ratih menambahkan bahwa wilayah dengan topografi dataran tinggi memiliki potensi dampak cuaca ekstrem yang lebih besar. Hal ini disebabkan oleh efek orografis yang meningkatkan intensitas hujan di kawasan pegunungan atau lereng.

“Wilayah-wilayah seperti Kecamatan Kandangan, Kepung, Puncu, Ngancar, Semen, serta kawasan Pegunungan Wilis dan sekitarnya, memiliki kecenderungan lebih sering mengalami pembentukan awan konvektif,” paparnya.

Ia juga mengingatkan bahwa intensitas hujan tinggi di wilayah tersebut dapat memicu bencana hidrometeorologi seperti tanah longsor, banjir bandang, dan pohon tumbang.

Pemerintah daerah bersama instansi terkait diimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan melakukan mitigasi risiko bencana demi menjaga keselamatan masyarakat selama periode pancaroba ini.(RED.AL)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved