Kediri, rakyatindonesia.com – Dunia pendidikan tinggi di Amerika Serikat kembali menjadi sorotan setelah mantan Presiden Donald Trump meluncurkan kebijakan kontroversial terkait pendanaan universitas. Dalam langkah yang dinilai sebagai bentuk tekanan politik, Trump menuntut agar kampus-kampus ternama tunduk pada arahan pemerintahannya, dengan ancaman pemotongan dana besar-besaran jika tidak dipatuhi.
Kebijakan ini menjadi perbincangan hangat setelah diketahui bahwa enam dari tujuh universitas yang termasuk dalam daftar pemotongan dana merupakan bagian dari Ivy League—kelompok universitas paling prestisius di AS. Pemerintah menuding kampus-kampus tersebut gagal menegakkan nilai-nilai yang dianggap sejalan dengan kebijakan nasional, termasuk dalam isu diskriminasi rasial, gender, orientasi seksual, dan sikap terhadap arah politik negara.
“Universitas-universitas ini dianggap tidak kooperatif karena menolak melaporkan dan mengaudit berbagai kejadian di lingkungan kampus, termasuk unjuk rasa yang diduga mengandung unsur anti-Semitisme,” ujar salah satu juru bicara Gedung Putih, seperti dilansir dari FastCompany.com.
Columbia University disebut-sebut sebagai kampus pertama yang akan merasakan dampak kebijakan ini, diikuti oleh universitas lain. Namun kerugian paling besar dialami oleh Harvard University yang secara terbuka menolak tekanan pemerintah. Harvard harus merelakan pemutusan dana hibah dari pemerintah senilai $2,2 miliar.
Berikut daftar kampus yang terdampak pemangkasan dana:
Harvard University – $2,2 miliar
Cornell University – $1 miliar
Northwestern University – $790 juta
Brown University – $510 juta
Princeton University – $210 juta
Langkah Trump ini memicu gelombang protes dari kalangan akademisi dan mahasiswa yang menilai kebijakan tersebut mencederai kebebasan akademik. Banyak pihak menilai bahwa keputusan ini bukan sekadar persoalan anggaran, tetapi bagian dari upaya membatasi ruang gerak intelektual dan kritik yang berkembang di kampus.
“Ini bukan soal dana saja. Ini soal independensi lembaga pendidikan dalam menyuarakan kebenaran dan memperjuangkan keadilan,” ujar salah satu dosen Harvard yang enggan disebutkan namanya.
Kebijakan ini juga menimbulkan kekhawatiran global, karena banyak mahasiswa internasional yang belajar di kampus-kampus tersebut merasa masa depan akademik mereka kini berada di ujung tanduk.
Jika langkah seperti ini terus berlanjut, dunia bisa menyaksikan babak baru dalam sejarah pendidikan tinggi Amerika: ketika politik mulai mengintervensi nilai-nilai dasar kebebasan berpikir dan berekspresi.(RED.AL)
FOLLOW THE Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram