Jumat, 30 Juli 2021

Limbah Sisa Hasil Giling PG Pesantren Baru Resahkan Warga Tugurejo Kec. Ngasem

Limbah Sisa Hasil Giling PG Pesantren Baru Resahkan Warga Tugurejo Kec. Ngasem


Kediri, Rakyatindonesia.id - Jadwal pelaksanaan giling tebu pada masa tanam 2021 di wilayah Jawa Timur terjadi di akhir bulan Mei dan awal Juni, termasuk PG Pesantren Baru yang terletak di Desa/Kec. Pesantren, Kota Kediri. PG Pesantren Baru Berproduksi selama 6 bulan sekali secara non-stop atau setara dengan 24 jam, proses produksi gula biasanya berjalan dimulai dari bulan Mei Hingga Oktober 2021.


Sejak dimulainya proses penggilingan tebu pada musim panen ini, memunculkan kepulan asap yang begitu pekat yang keluar dari corong-corong asap milik PG Pesantren Baru. Asap-asap yang keluar tersebut, jelas akan menimbulkan efek negatif bagi warga sekitar lokasi pabrik termasuk warga Tugurejo Kecamatan Ngasem.


Proses produksi yang sangat pesat tersebut, membuat pihak PG Pesantren Baru "diduga" kurang memperhatikan dampak negatif yang dihasilkan dari sisa hasil proses produksi atau biasa disebut limbah.


Perlu diketahui bahwa, limbah merupakan salah satu sektor penyumbang pencemaran lingkungan yang dihasilkan oleh industri. Pencemaran tersebut bisa dalam bentuk asap maupun debu yang kemungkinan besar sangat merugikan masyarakat, baik dalam segi kesehatan, seperti contoh bagi kesehatan paru-paru atau sistem pernafasan, serta bagi indera yang lain seperti kulit, mata dan lainnya.


Kesehatan menjadi terganggu akibat dari limbah padat yang berupa abu dan debu yang menyebar di Desa Tugurejo. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya pernafasan terutama pada bayi dan anak-anak terserang flek, masyarakat lain juga ada yang merasakan radang pada mata dan tenggorokan. Kemudian dari segi limbah cair, masyarakat yang menyentuh air sungai yang terkontaminasi oleh limbah pun terserang iritasi kulit dan merasakan gatal-gatal.


Warga Tugurejo yang letak wilayahnya berdekatan dengan PG Pesantren Baru sangat mengeluhkan limbah yang ditimbulkan dari corong asap milik pabrik, berupa debu yang setiap hari mengenai rumahnya, belum lagi bau menyengat akibat dari hasil sisa aktivitasnya.


Awak media sempat menemui salah satu warga Tugurejo berinisial (W) menuturkan, “Kita bisa apa mas, sudah disampaikan keluhannya, tapi tiap musim giling bau limbah di sungai sama asap dari corong asapnya tetap aja sama mas, katanya ada bantuan ganti rugi ke warga, tapi tidak pernah saya terima”.


“Sebenarnya bantuan berupa apapun saat ini sangat dibutuhkan masyarakat, khususnya Desa Tugurejo. Apa lagi ini pandemi Covid juga tak kunjung usai" terang (M) warga Tugurejo lain saat ditemui awak media.


Awak media juga menghubungi GM Pesantren Baru, Bapak Roh Sudiyanto melalui sambungan seluler mengatakan, “Sementara waktu belum ada keluhan dari masyarakat, semisal ada keluhan dari masyarakat kita cek. Kita ada tim dari masyarakat, ada dari PG juga ada sama dari Kecamatan".


Lebih lanjut, saat awak media meminta konfirmasi Bapak Agung selaku Kepala Desa Tugurejo melalui sambungan telepon mengatakan, “Kita sudah berkoordinasi terus, kemarin kita itu juga ada tim terbentuk di setiap RW untuk mengajukan (rundingan). Sebenarnya kita komplain terus, akan tetapi di situ BUMN istilah gimana ya. Dampak sebenarnya kalau untuk masyarakat kita parah banget itupun dari zaman dahulu, sebelum saya lahir dari zaman (Belanda)", 


“Kalau untuk saat ini dampaknya sudah sangat berkurang, setelah kemarin kita negosiasi atau segala perbaikannya sudah agak mending berkurang tetapi masih. Umpama kemarin itu 100%, ini mungkin sekitar 75% sedikit saja kurangnya, terutama dari abunya parah. Kalau bau dari desa kami tidak begitu, tetapi yang berdampak banget itu debu. Kemarin sudah saya laporkan ke dewan, ke Mas Bup, tetapi belum ada tindakan juga” pungkasnya.(Tim)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved