Lamongan, rakyatindonesia.id - Seorang calon jemaah haji asal Lamongan harus menunggu untuk diberangkatkan ke tanah suci. Ia masih terkendala visa.
Ia terkendala visa karena usianya mendekati batas akhir 65 tahun. Sehingga masih terblokir sistem aplikasi.
Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Lamongan membenarkan, ada satu calon jemaah haji yang belum bisa berangkat ke tanah suci karena kendala visa. Jemaah tersebut atas nama Munasri.
"Ibu Munasri masih diusahakan ke kedutaan, karena usianya mendekati batas akhir 65 tahun," kata Kepala Kantor Kemenag Lamongan, Fausi, didampingi Kepala Seksi Penyelenggara Haji dan Umrah Kemenag Lamongan, Banjir Sidomulyo kepada wartawan, Sabtu (11/6/2022).
Diketahui, Munasri pada saat pemberangkatan merupakan calon jemaah haji tertua di Lamongan. Namanya masih terblokir sistem aplikasi karena usianya yang mendekati batas maksimal naik haji, yaitu 65 tahu. Sehingga, visa Munasri belum bisa muncul di sistem aplikasi.
"Sampai saat ini visa untuk Bu Munasri belum terbit dari Kedubes Arab Saudi, masih diupayakan oleh Pihak Direktorat PHU Pusat," ujarnya.
Sambil menunggu visa terbit, terangnya, Munasri masih berada di keluarganya. Munasri diketahui memiliki tanggal lahir 30 Juni 1957 sehingga mepet dengan batas akhir usia yang diperbolehkan oleh Arab Saudi.
"Sambil menunggu visa terbit, untuk sementara Bu Munasri masih berada di keluarganya. Masih diusahakan ke kedutaan," ungkapnya.
Munasri adalah salah satu jemaah haji tertua asal Lamongan yang mendapat sertifikat penghargaan dari Bupati Lamongan, dengan nomor porsi 1300515816 dan dilepas pemberangkatannya pada 6 Juni lalu oleh Bupati Lamongan dan Forkopimda Lamongan. Munasri dijadwalkan terbang pada 7 Juni lalu bersama 298 calon haji asal Lamongan.
Selain Munasri, dua calon jemaah haji asal Lamongan juga sempat tertunda keberangkatannya karena kendala yang sama, yaitu karena visa yang tidak valid pada sistem robotik.
Visa atas nama Sri Indah dan Sumartik sudah keluar dan keduanya juga telah berangkat ke tanah suci bergabung dengan kloter berikutnya, yaitu kloter 9 pada 10 Juni kemarin.
"Nama ada kemiripan atau hampir sama, yaitu sama-sama ada kata 'Sri'. Setelah diteliti, nama itu tertukar dengan jemaah lain yang berasal dari Lampung. Untuk Sumartik karena terjadi kesalahan dalam penulisan jenis kelamin dari yang seharusnya Laki-laki tapi dikira perempuan," pungkasnya.(red.sin)
FOLLOW THE Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram