KEDIRI, rakyatindonesia.com – Perubahan iklim global yang menyebabkan kenaikan suhu udara lebih dari 1,5 derajat Celsius tak hanya memicu bencana alam, namun juga berdampak signifikan terhadap sektor pertanian. Salah satunya adalah munculnya organisme pengganggu tanaman (OPT) yang semakin beragam dan majemuk.
Fenomena ini dipaparkan oleh Hoerussalam, Peneliti Kesehatan Benih dan Pengendalian Biokontrol, dalam diskusi bertema "Anomali Cuaca dan Dampaknya terhadap Pertanian" yang digelar Jawa Pos Radar Kediri, Senin (30/6/2025).
“Cuaca yang tidak menentu, harusnya kemarau tapi masih ada hujan, justru menjadi pemicu berkembangnya berbagai patogen. Mereka bereproduksi lebih cepat, bertahan lebih lama, dan menyerang tanaman secara bersamaan,” jelas pria yang akrab disapa Salam.
Ia menambahkan, perubahan suhu dan cuaca ekstrem membuat siklus OPT menjadi tidak seragam. Di satu waktu, bisa muncul berbagai fase pertumbuhan hama sekaligus. “Ada telur, larva, dan imago bersamaan. Akibatnya, kerusakan tanaman terjadi di berbagai fase pertumbuhan, baik vegetatif maupun generatif,” paparnya.
Lebih lanjut, Salam menjelaskan bahwa pada kondisi normal, setiap musim hanya satu jenis OPT yang mendominasi. Namun karena anomali cuaca, seperti hujan yang masih turun di musim kemarau, OPT seperti jamur dan bakteri bisa tumbuh bersamaan, yang seharusnya saling bergantian tergantung musim.
“Dulu jamur dominan saat kemarau, dan bakteri saat musim hujan. Tapi sekarang bisa menyerang bersamaan. Jadi hamanya dobel,” tegasnya.
Menyikapi hal tersebut, Plt Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan (Dispertabun) Kabupaten Kediri, Sukadi, menegaskan pihaknya tidak hanya menunggu laporan dari masyarakat, namun juga aktif mengerahkan Petugas Penyuluh Lapangan (PPL) untuk melakukan pemantauan di lapangan.
“PPL kami dorong turun langsung. Pengamatan rutin penting dilakukan, terlebih saat cuaca ekstrem seperti sekarang,” ujar Sukadi.
Menurutnya, kehadiran PPL di lapangan sangat penting untuk mengumpulkan data dan mengenali pola serangan hama. Jika ditemukan OPT jenis baru, akan segera dilakukan kajian mendalam agar dapat diantisipasi lebih baik di musim mendatang.
“Data itu penting sebagai dasar kebijakan intervensi ke depan, baik itu pengendalian maupun pencegahan,” tambahnya.
Dengan cuaca yang semakin tidak menentu, petani diharapkan dapat mengubah strategi tanam dan pola pengendalian hama, termasuk memilih varietas tahan penyakit dan memperhatikan waktu tanam yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim. (RED.A)
FOLLOW THE Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram