Jumat, 02 Desember 2022

Sepanjang Tahun 2022, Pasien HIV/AIDS di Jatim Bertambah 6.145 Kasus

Sepanjang Tahun 2022, Pasien HIV/AIDS di Jatim Bertambah 6.145 Kasus


    Surabaya, rakyatindonesia.id - Kasus HIV/AIDS di Jawa Timur sepanjang tahun 2022 bertambah 6.145 kasus. Secara kumulatif, kasus HIV/AIDS di Jawa Timur ada sebanyak 84.959.

    "Sepanjang tahun 2022 sampai bulan Oktober berdasarkan data kami yang kami input dari kabupaten/kota, ada tambahan 6.145 kasus. Kumulatif sebanyak 84.959 di Jawa Timur," kata dr Erwin Astha Triyono, Kadinkes Jatim.

    Erwin menyatakan upaya penemuan kasus HIV/AIDS terus ditingkatkan dengan melibatkan peran serta masyarakat, yaitu melalui kegiatan penjangkauan yang dilakukan lembaga swadaya masyarakat (LSM). Di samping itu, program HIV/AIDS menetapkan sasaran pemintaan tes HIV/AIDS pada ibu hamil, pasien TBC, pasien IMS, pasien dengan gejala penurunan kekebalan, dan warga binaan pemasyarakatan.

    "Dari kasus kumulatif yang ada di Jatim, yang ditemukan sebanyak 23.230 pasien yang saat ini mendapatkan terapi ARV. Masih terdapat kesenjangan antara jumlah kasus yang ditemukan dengan jumlah kasus yang diterapi ARV. Hal ini karena banyak pasien yang telah meninggal maupun putus berobat," ujarnya.

    Untuk meningkatkan akses terapi ARV pada odha (orang dengan HIV), Pemprov Jatim telah meningkatkan unit layanan testing HIV/AIDS di puskesmas dan RS se-Jatim, yaitu dari 1.178 unit layanan di tahun 2021 menjadi 1.380 unit layanan di tahun 2022. Selain itu juga telah meningkatkan jumlah layanan terapi ARV, dari 380 unit layanan di tahun 2021 menjadi 420 layanan hingga September 2022.

    Pemprov Jatim, lanjut Erwin juga melakukan beberapa upaya penanggulangan HIV/AIDS, yakni melakukan penemuan sedini mungkin dengan mengadakan mobile clinic pada populasi kunci dan ibu hamil.

    "Kemudian melakukan penjangkauan pada populasi kunci dalam upaya pencegahan penularan HIV/AIDS termasuk penjangkauan bagi pasien lost follow up (LFU)," katanya.

    Upaya lainnya, lanjut Erwin, yakni melakukan skrining HIV pada ibu hamil, pasien TBC, pasien IMS dan populasi kunci. Lalu melaksanakan notifikasi pasangan kepada orang yang memiliki kontak secara langsung dan memiliki risiko untuk tertular HIV/AIDS dan IMS dari orang yang sudah terdiagnosis HIV/AIDS dan IMS.

    Selanjutnya juga melakukan pemeriksaan EID pada bayi yang lahir dari ibu HIV/AIDS, pemeriksaan viral load pada odha yang telah melakukan pengobatan selama 6 bulan, 12 bulan, dan setiap 12 bulan untuk mengevaluasi keberhasilan pengobatan pada odha.

    "Tak lupa juga melakukan pemenuhan logistik yang berkaitan dengan HIV. Juga menambah sarana pemeriksaan viral load dan penggunaan bersama mesin TCM HIV dan TBC untuk mengukur keberhasilan pengobatan ARV," kata Erwin.

    Dirinya juga menambahkan, tahun 2030, Indonesia menargetkan bebas HIV/AIDS di Indonesia. Menurutnya diperlukan kerja keras semua pihak.

    "Saya harap masyarakat di Jatim dapat turut serta melakukan edukasi program HIV/AIDS kepada keluarga, saudara, tetangga dan masyarakat lainnya. Lalu memberi dukungan fisik, psikis dan sosial kepada keluarga, saudara, tetangga dan masyarakat yang menderita HIV agar patuh minum obat ARV, dan tidak melakukan stigma serta diskriminasi," ungkapnya.

    "Marilah momentum ini kita gunakan untuk menggerakkan seluruh masyarakat agar menyukseskan pencegahan dan pengendalian HIV/AIDS di Indonesia serta kita tingkatkan komunikasi, koordinasi, kolaborasi, integrasi dan sinergi dalam mecapai ending AIDS tahun 2030" pungkasnya. (red.ff)


Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved