Minggu, 16 Juli 2023

Peringatan Dini BMKG, Ada Ancaman Menakutkan Bagi Umat Bumi

Peringatan Dini BMKG, Ada Ancaman Menakutkan Bagi Umat Bumi

  

Jakarta, rakyatindonesia.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperingatkan ancaman yang tengah mengintai bumi. Akibat perubahan iklim yang telah memicu dampak lebih luas dan skala global. Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, ancaman krisis pangan akibat perubahan iklim bukan sekadar isapan jempol.


"Kencangnya laju perubahan iklim berdampak pada ketahanan pangan nasional akibat hasil panen menurun hingga gagal tanam," kata Dwikorita dalam keterangan di situs resmi BMKG, dikutip Sabtu (15/7/2023).


"Suhu atau temperatur bumi secara global saat ini naik 1,2 derajat Celsius. Angka tersebut dipandang sebagai angka yang kecil, padahal itu adalah angka yang besar dan mematikan. Banyak fenomena ekstrem, bencana hidro-meteorologi yang diakibatkan pemanasan global tadi," jelasnya.


Dwikorita mengacu pada organisasi pangan dunia, Food and Agricultural Organization of the United Nations (FAO) yang memprediksi dunia akan menghadapi potensi bencana kelaparan akibat perubahan iklim di tahun 2050 nanti. Akibat penurunan hasil panen dan gagal panen.


"Ancaman paling menakutkan bagi seluruh umat manusia bukanlah pandemi ataupun perang, melainkan perubahan iklim yang dipicu pemanasan global. Ini adalah biang keladi berbagai bencana hidrometerologi, cuaca ekstrem, kebakaran hutan dan lahan, dan juga krisis pangan," kata Dwikorita.


Karena itu, tegasnya, jangan sampai perubahan iklim dianggap remeh.


"Perubahan iklim yang terjadi secara global tidak bisa dianggap remeh karena dampaknya bagi kehidupan sangat signifikan dan membahayakan. Kondisi ini mengancam seluruh negara di seluruh belahan dunia tanpa terkecuali," kata Dwikorita.


"Tahun 2050 mendatang jumlah penduduk dunia diperkirakan menembus angka 10 miliar orang. Jika ketahanan pangan negara-negara di dunia lemah, akan terjadi bencana kelaparan akibat jumlah produksi pangan yang terus menurun sebagai dampak dari perubahan iklim," paparnya.


Dwikorita memperingatkan, jika situasi iklim global tidak direspons dini secara serius, Indonesia bisa terlambat mengantisipasi bencana kelaparan pada tahun 2050.


Menurutnya, ketahanan pangan nasional Indonesia dihadapkan pada tantangan besar. Yaitu, kenaikan populasi di tengah produksi pangan yang cenderung stagnan.


"Jika tidak ada intervensi kebijakan, potensi kerugian ekonomi di Indonesia (2020-2024) mencapai angka Rp544 triliun akibat dampak perubahan iklim," ungkapnya.


"Maka dari itu, kebijakan ketahanan iklim menjadi salah satu prioritas yang dinilai mampu menghindari potensi kerugian ekonomi sebesar Rp281,9 triliun hingga tahun 2024 mendatang," tambahnya.


BMKG sendiri, ujar Dwikorita, dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) telah mendapat mandat untuk mendukung peningkatan kualitas lingkungan hidup serta ketahanan bencana dan iklim.


"Hal ini sangat penting karena berdasarkan hitung-hitungan Kementerian Keuangan, kerugian ekonomi akibat bencana diperkirakan mencapai rata-rata Rp22,8 triliun per tahunnya," kata Dwikorita.


"BMKG terus melakukan berbagai lompatan sebagai langkah mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. Tidak hanya di sisi teknologi, namun juga di sisi sumber daya manusia (SDM) yang terus di-upgrade sesuai tuntutan dan kebutuhan yang semakin kompleks," pungkasnya.

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved