Selasa, 24 Oktober 2023

49 Desa di 13 Kecamatan Lamongan Kekeringan, Warga Berebut Air Bersih

 49 Desa di 13 Kecamatan Lamongan Kekeringan, Warga Berebut Air Bersih

 

Lamongan, rakyatindonesia.com – Krisis air bersih masih melanda Lamongan. BPBD Lamongan mencatat, saat ini sudah 49 desa di 13 kecamatan yang mengalami krisis air bersih.


Kekeringan di Lamongan menimpa 67 dusun di 49 desa yang tersebar di 13 kecamatan. Selain itu, ada 2 kecamatan berpotensi terjadi kekeringan, yakni Glagah dan Deket. Sebab ada penurunan kualitas air yang berubah menjadi payau.

"Per 21 Oktober, 13 kecamatan dilaporkan kekeringan. Selain itu ada 2 kecamatan yang berpotensi terjadi kekeringan, yaitu Glagah dan Deket di mana ada penurunan kualitas air yang berubah menjadi payau," kata Kepada BPBD Lamongan, Joko Raharto kepada wartawan, Selasa (24/10/2023).

Meluasnya kawasan yang mengalami krisis air bersih akibat kemarau panjang ini sesuai dengan perhitungan yang dibuat Pemkab Lamongan yang telah mengeluarkan SK Bupati perihal status darurat kekeringan di 13 Kecamatan.

Dalam SK Bupati ini dijelaskan kawasan berstatus darurat meliputi Tikung, Sugio, Mantub, Kembangbahu, Sukodadi, Sarirejo, Modo, Biluluk, Sukorame, Kedungpring, Babat, Sambeng dan Lamongan.

"SK Bupati ini merujuk pada kejadian kekeringan di tahun-tahun sebelumnya, namun tidak bisa menjadi patokan karena datanya bisa berkurang atau bahkan bertambah," ujarnya.

Joko mengungkapkan, hingga kini BPBD Lamongan tetap konsisten dan kontinyu melakukan suplai air ke daerah-daerah yang mengalami krisis air. Hingga kini, bantuan air bersih yang diberikan ke dusun-dusun terdampak sudah mencapai 220 tangki air bersih dengan volume air yang sudah terdistribusikan sebesar 1.127.500 liter.

"Dropping air bersih terus kita lakukan hingga saat ini. Kami juga rutin dan terus menerus melakukan koordinasi dengan kepala desa terkait hal ini," jelasnya.

Sementara BPBD Lamongan kini tengah menyusun regulasi penanganan seiring banyaknya ancaman bencana. Joko menyebut, Lamongan memiliki 9 ancaman bencana yang menyebar di sejumlah kawasan dan memiliki tantangan masing-masing.

"Ke-9 ancaman bencana tersebut, meliputi banjir, banjir bandang, banjir rob, cuaca ekstrem, gempa bumi, kekeringan, tanah longsor, kebakaran hutan lahan, epidemi wabah penyakit hari ini kita berdiskusi guna menyatukan visi perihal penanganan pasca bencana yang rutin digelar 2 tahun sekali guna mengetahui secara rinci pola strategi antisipasi dan penanggulangan," ungkapnya.

Joko berharap, dengan kegiatan seluruh stakeholder khususnya masyarakat bisa bahu membahu menjadi bagian penting dalam partisipasi maupun antisipasi penanggulangan bencana. Dalam kegiatan ini, dihadirkan berbagai elemen masyarakat juga relawan serta stakeholder pada lingkup kecamatan. Para peserta diskusi diminta memberikan informasi terkait kondisi di wilayah masing-maing.

"Tujuanya agar nanti regulasi yang ditetapkan bisa sesuai dengan kondisi lapangan serta penyelesaian dan penanganan bila terjadi bencana di wilayah masing-masing," paparnya.(red.IY)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved