Selasa, 14 November 2023

Momen Kekompakan Guru-Siswa SMK Pacitan Simulasi Evakuasi Gempa Tsunami

 Momen Kekompakan Guru-Siswa SMK Pacitan Simulasi Evakuasi Gempa Tsunami

 

Pacitan, rakyatindonesia.com – Pengurangan risiko bencana menjadi isu hangat di banyak diperbincangkan. Tak terkecuali di lembaga pendidikan. Sadar akan potensi ancaman gempa dan tsunami, sekolah kejuruan di Pacitan menggelar simulasi. Simulasi itu melibatkan puluhan siswa dan tenaga pendidik.

Adegan diawali gambaran kegiatan belajar mengajar di dalam kelas. Semua siswa tampak serius menyimak materi yang disampaikan guru. Pada saat bersamaan sejumlah murid lain tengah membaca buku di perpustakaan. Sementara di dalam musala beberapa siswa dan guru baru saja usai menunaikan ibadah salat Dhuha.

Rutinitas pagi itu seketika berubah riuh saat digambarkan terjadi guncangan gempa besar. Warga sekolah pun bergegas mengamankan diri. Mulai dari berlindung di bawah meja, hingga mengangkat kursi dan menjadikannya pelindung kepala. Sementara yang lain berjalan cepat menjauhi bangunan menuju halaman.

Hanya berselang menit, Pusdalops BPBD setempat mengonfirmasi data resmi terkait gempa tersebut. Konon pusat gempa berada di selatan Jawa dengan kekuatan M 7,8 dan berpotensi tsunami. Pesan suara yang disampaikan melalui pesawat HT itu disusul imbauan agar warga segera melakukan evakuasi.

Lonceng sekolah pun terdengar dipukul bertalu-talu. Bunyi tanda bahaya tradisional itu menggema hingga seluruh penjuru sekolah. Sementara kepala sekolah dan para guru tampak menyertai peserta didik yang sudah berkumpul di halaman sebagai TES (Tempat Evakuasi Sementara).

"Semuanya mohon tetap tenang, jangan panik. Tim Siaga Bencana Sekolah (TSBS) akan memandu kita menuju Tempat Evakuasi Akhir (TEA)," ucap Kepala Sekolah, Andi Prastowo saat memerankan adegan simulasi, Selasa (14/11/2023).

"Perhatikan dan ikuti semua rambu yang ada ya," tandasnya.

Instruksi kepala sekolah itu disusul pergerakan warga sekolah menuju TEA. Jaraknya sekitar 500 meter ke arah barat dari sekolah. Jalur yang dilalui merupakan jalan utama Pacitan-Trenggalek persis di seberang utara komplek PLTU Sudimoro. Butuh waktu sekitar 10 menit jalan kaki menuju persawahan yang dinilai paling aman dan terlindung dari bahaya Tsunami tersebut.

Setibanya di tempat evakuasi, petugas mengidentifikasi ulang seluruh warga sekolah memastikan tidak ada yang tertinggal. Tim TSBS bahkan kembali menyisir jalur hingga ke komplek sekolah. Penyisiran berakhir bersamaan informasi jika gelombang Tsunami tiba. Personel Tim Siaga Bencana (TSB) bergegas menuju TEA sekaligus melaporkan tidak ditemukan siswa tertinggal maupun korban jiwa.

Begitulah akhir dari kegiatan simulasi evakuasi bencana Gempa dan Tsunami di SMKN 1 Sudimoro. Peningkatan kapasitas warga sekolah terhadap ancaman bencana memang menjadi materi yang diberikan rutin. Tak hanya terfokus pada siswa namun juga pendidik maupun tenaga kependidikan. Peta risiko yang ada menjadi alasan menjadikan sekolah ini Satuan Pendidikan Aman Bencana (SPAB).

"Sebelumnya setiap MPLS (masa pengenalan lingkungan sekolah) kami selalu menyisipkan pengetahuan tentang mitigasi bencana. Nah, kali ini kami menggandeng BPBD untuk menyelenggarakan simulasi. Sekolah kami mengembangkan kurikulum berbasis Sustainable Development Goals, yang salah satunya juga concern terhadap bencana," kata Indra Prastowo.

"Alhamdulillah ada dukungan dari PLN Nusantara Power UP Pacitan sehingga kegiatan seperti ini dapat kami laksanakan," imbuhnya.

Para murid yang terlibat dalam simulasi pun mengaku merasakan pengalaman langsung dalam upaya mitigasi bencana. Latifah (17), siswi kelas XII jurusan Akuntansi mengakui selama ini ilmu kebencanaan hanya dipelajarinya secara teori. Tentu saja, mengikuti simulasi membuatnya kian memahami tata cara penyelamatan diri yang benar, termasuk di antaranya menghitung estimasi waktu pergerakan dari sekolah menuju titik evakuasi akhir.

"Saya bisa belajar bagaimana menyelamatkan diri mungkin dari gempa atau ada bencana lain yang bisa terjadi di area sekolah," ujar Latifah.

"Sebenarnya kalau kegiatan kebencanaan sudah ada di sekolah. Namun dengan simulasi seperti ini membuat pemahaman kami lebih mendalam. Mulai dari bagaimana menyikapi informasi bencana sampai dengan bagaimana evakuasinya," kata siswa lain bernama Andrian Daniswara (16). (red.IY)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved