Kediri, rakyatindonesia.com - Dalam enam bulan terakhir, fenomena kasus bunuh diri di Kediri Raya terus menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Enam kasus terjadi sejak September 2024, dan lebih dari setengahnya berujung pada kematian. Ironisnya, sebagian besar kasus ini memiliki akar yang sama: tekanan ekonomi yang tak tertahankan.
Dari enam kasus yang terjadi, empat di antaranya dipicu oleh persoalan ekonomi. Hutang yang menumpuk, kebutuhan hidup yang semakin sulit dipenuhi, dan ketidakmampuan mencari solusi lain membuat individu-individu tersebut memilih jalan pintas. Salah satu kasus yang menyita perhatian publik adalah peristiwa tragis di Desa Manggis, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri. Sebuah keluarga berusaha mengakhiri hidup mereka bersama karena tekanan finansial yang berat. Sayangnya, salah satu anak mereka yang masih balita menjadi korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Kondisi ini memunculkan pertanyaan besar: di manakah peran pemerintah dalam situasi seperti ini? Apakah bantuan sosial yang telah digulirkan belum cukup untuk mengatasi problematika kemiskinan ekstrem dan tekanan hidup yang dialami masyarakat?
Upaya Pemerintah dan Keterbatasan Bantuan Sosial
Plt Kepala Dinas Sosial Kabupaten Kediri, Ariyanto, menegaskan bahwa pemerintah daerah telah berupaya melakukan intervensi untuk mencegah kasus serupa terulang. Salah satunya melalui penyaluran berbagai program bantuan sosial (bansos) yang bersumber dari Kementerian Sosial.
“Berbagai skema bantuan telah kami berikan, seperti Program Keluarga Harapan (PKH) yang menjangkau 63.133 jiwa dan Bantuan Pangan Non-Tunai (BPNT) untuk 112.646 jiwa,” terang Ariyanto.
Namun, ia juga mengakui bahwa pemberian bansos bukanlah solusi jangka panjang. Bantuan ini memang meringankan beban ekonomi masyarakat untuk sementara waktu, tetapi juga berpotensi membuat mereka bergantung pada bantuan tanpa upaya untuk mandiri.
“Kami khawatir masyarakat justru semakin bergantung dan kurang berusaha mencari solusi lain untuk keluar dari kesulitan ekonomi,” tambahnya.
Karena itulah, Pemkab Kediri juga merancang program pemberdayaan masyarakat miskin melalui pelatihan kewirausahaan. Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kabupaten Kediri telah menginisiasi berbagai pelatihan keterampilan yang disesuaikan dengan kebutuhan pasar kerja saat ini. Sementara itu, Dinsos masih dalam tahap perencanaan untuk menerapkan langkah-langkah konkret dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat.
Selain pelatihan keterampilan, pemerintah juga berencana meningkatkan edukasi keuangan kepada masyarakat miskin. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman tentang cara mengelola keuangan dengan baik, menghindari pinjaman ilegal, serta memanfaatkan sumber daya yang tersedia dengan bijak. Pemerintah juga akan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program-program yang telah dijalankan guna memastikan efektivitasnya dalam menekan angka kasus bunuh diri akibat tekanan ekonomi.
Peran Sosial dan Alternatif Solusi
Selain bantuan pemerintah, lingkungan sosial juga memegang peranan penting dalam mencegah tindakan nekat akibat keputusasaan ekonomi. Pengamat sosial dari UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Elis Yusniyawati, berpendapat bahwa bansos bukanlah solusi utama dalam menyelesaikan masalah kemiskinan.
“Bansos hanya memberikan solusi instan, tetapi tidak menyelesaikan akar permasalahan. Justru ada potensi ketergantungan jika tidak diimbangi dengan upaya pemberdayaan yang konkret dan berkelanjutan,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa edukasi keuangan harus dikemas dengan cara yang lebih efektif agar masyarakat dapat memahami pentingnya pengelolaan finansial yang baik. Selain itu, keterlibatan keluarga, lingkungan sosial, hingga kondisi politik dan budaya yang kondusif juga menjadi faktor penting dalam mencegah tindakan bunuh diri.
“Dukungan keluarga, lingkungan yang sehat, serta kehadiran pemerintah dalam aspek perkembangan sosial dan spiritual individu sangat berperan dalam menekan keinginan untuk bunuh diri,” tambahnya.
Menurut Elis, menciptakan ekosistem sosial yang mendukung dan memberikan harapan baru bagi masyarakat yang tengah terpuruk harus menjadi fokus utama. Support system dari keluarga, komunitas, serta akses terhadap layanan psikologis dan spiritual dapat membantu individu dalam menghadapi tekanan hidup.
Mampukah Kebijakan yang Ada Menjadi Solusi?
Meskipun upaya pemberian bansos dan pelatihan keterampilan telah dilakukan, pertanyaan mendasar tetap mengemuka: sejauh mana kebijakan ini mampu menjadi solusi yang efektif dalam menekan angka bunuh diri akibat persoalan ekonomi?
Tanpa perbaikan sistem yang menyeluruh dan langkah-langkah preventif yang lebih kuat, kasus-kasus tragis serupa mungkin akan terus berulang. Yang dibutuhkan bukan hanya sekadar bantuan instan, tetapi juga strategi jangka panjang yang mampu mengubah kondisi ekonomi dan sosial masyarakat secara berkelanjutan.
FOLLOW THE Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA AT TWITTER TO GET THE LATEST INFORMATION OR UPDATE
Follow Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA on Instagram to get the latest information or updates
Follow our Instagram