Friday, December 16, 2022

Szymon Marciniak, Wasit Asal Polandia Akan Memimpin Final Piala Dunia 2022

 


Jakarta, rakyatindonesia.com- Szymon Marciniak, 41 tahun, dari Polandia akan menjadi wasit pertandingan Argentina vs Prancis di final Piala Dunia 2022 pada Ahad malam, 18 Desember 2022 di Stadion Lusail, Qatar. Demikian pernyataan Asosiasi Sepak Bola Polandia pada Kamis, 15 Desember 2022.

Pria 41 tahun itu akan menjadi orang Polandia pertama yang menjadi wasit final Piala Dunia. Marciniak memimpin pertandingan Piala Dunia pertamanya pada 2018 di Rusia. Dalam pertandingan nanti, ia akan bergabung dengan asisten Pawel Sokolnicki dan Tomasz Listkiewicz yang juga dari Polandia.

Abdulrahman Al Jassim dari Qatar ditunjuk untuk menjadi wasit pertandingan perebutan tempat ketiga Kroasia vs Maroko di Stadion Internasional Khalifa pada Sabtu malam, 17 Desember 2022. Dia akan dibantu oleh rekan senegaranya Taleb Al Marri dan Saoud Ahmed Almaqaleh.

Marcinak hanya memimpin dua pertandingan di Qatar dan keduanya melibatkan finalis, yaitu saat Argentina mengalahkan Australia 2-1 di babak 16 besar dan Prancis melawan Denmark di babak penyisihan Grup D yang dimenangi Les Bleus juga dengan skor 2-1.

Wasit reguler di pentas sepak bola terbesar, Marciniak adalah wasit di leg kedua perempat final Liga Champions ketika Chelsea secara dramatis mengalahkan Real Madrid 3-2 pada April lalu dan memipmin saat Tottenham menang atas tuan rumah Marseille 2-1 awal November lalu.

FIFA telah menghadapi sejumlah masalah atas wasit di Piala Dunia dengan keluhan dari Maroko, Argentina, Inggris, dan Portugal. Timnas Maroko bahkan mengajukan keluhan resmi setelah kekalahan mereka dari Prancis di semifinal. Ia meredakan emosinya dengan bermacam cara, salah satunya dengan mendengarkan musik di ruang ganti.

Lahir di kota Plock, Marciniak memulai kariernya sebagai wasit pada usia 21 tahun sembari bermain sebagai pemain klub Wisla Plock. Kala itu ia dikenal sebagai “pemain gila” yang suka mengeluh karena mengecam keras wasit setelah mendapat kartu merah dalam sebuah pertandingan.

"Dalam satu pertandingan, wasit mengeluarkan saya," kata Marciniak. "Saya tidak setuju dengan keputusannya, tentu saja, dan saya memberi tahu dia apa yang saya pikirkan.”

"Setelah pertandingan, saya mengatakan kepadanya bahwa dia adalah salah satu wasit terburuk yang pernah saya lihat. Dia menjawab, 'Jika menurut Anda itu sangat mudah, coba dan lakukan.' Jadi saya lakukan.”

Ia mengatakan sejak itu mereka biasa bercanda tentang bagaimana ia dulu sebagai pemain. “Ketika saya menjadi wasit internasional, dia menemani saya sebagai ofisial keempat di pertandingan kualifikasi U-21. Dan saya selalu mengatakan kepadanya bahwa dia telah mengambil keputusan yang tepat ketika dia mengeluarkan saya. Ini adalah cerita yang indah.”

Menurut dia, sebagai mantan pemain, sangat membantu pekerjaannya sebagai wasit. “Saya adalah seorang pemimpin, bermain di lini tengah, dan jujur saja, saya adalah pemain yang gila. Jika Anda bertanya kepada saya bertahun-tahun yang lalu apakah saya ingin menjadi wasit, saya akan menjawab, 'Sama sekali tidak’.”

"Saya adalah pemain yang sulit untuk menjadi wasit. Ini membuat saya lebih mudah sekarang untuk memiliki hubungan yang baik dengan pembuat onar di lapangan, karena saya juga sama.

Marciniak mulai menjadi wasit papan atas Polandia pada 2009 dan terdaftar di FIFA pada 2013. Ia sebelumnya memimpin partai final Euro U21 pada 2015 dan Piala Super antara Real Madrid dan Atletico Madrid pada 2018, yang menampilkan calon peserta final Piala Dunia 2022 seperti Raphael Varane, Antoine Griezmann, dan Angel Correa, yang merupakan salah satu dari delapan pemain yang diganjar kartu kuning oleh Marciniak. (Red.Sl)

Tuesday, December 13, 2022

Amine Harit Bergabung dengan Timnas Maroko di Piala Dunia 2022 Meski Masih Cedera Lutut

 

Jakarta, rakyatindonesia.com - Gelandang timnas Maroko Amine Harit tiba di Qatar pada Senin, 12 Desember 2022, untuk bergabung bersama tim menghadapi babak semifinal Piala Dunia 2022 melawan juara bertahan Prancis. Pemain klub Prancis, Olympique de Marseille, itu awalnya dipilih untuk bermain di Qatar tetapi ia menderita cedera sepekan sebelum dimulainya turnamen.

Harit, 25 tahun, disambut oleh rekan satu timnya, beberapa di antaranya mengunggah foto bersamanya di media sosial. Ia telah bergabung dengan skuad di markas mereka di Doha dan melanjutkan perawatan cedera lututnya dengan staf medis Maroko.

Kapten timnas Maroko Romain Saiss mengunggah foto di Instagram yang menampilkan ia dan Harit serta menulis, "Akhirnya di antara kami. Semoga Tuhan menyembuhkanmu. Petualangan ini juga milikmu.”

Harit menderita cedera ligamen serius di lutut kirinya saat bermain untuk Marseille melawan Monaco di Ligue 1 Prancis pada 13 November lalu, beberapa hari sebelum ia seharusnya berangkat ke Piala Dunia 2022.

"Seperti yang bisa Anda bayangkan, di luar rasa sakit fisik, sulit untuk melihat mimpi Piala Dunia terbang beberapa jam sebelum bisa menjalaninya," kata Harit di Twitter menyusul cederanya.

Maroko akan menghadapi timnas Prancis di babak semifinal yang akan berlangsung di Stadion Al Bayt, Al Khor, Qatar, pada Kamis dini hari, 15 Desember 2022, mulai pukul 02.00 WIB. Pertandingan akan disiarkan oleh SCTV, Indosiar, dan Vidio. (Red.Sl)

Monday, December 12, 2022

Setelah Mendepak Brasil, Kroasia Yakin Mengakhiri Mimpi Argentina di Piala Dunia 2022

 

Jakarta, rakyatindonesia.com - Timnas Krosia telah mengakhiri mimpi Neymar dan timnas Brasil di Piala Dunia 2022, sekarang mereka berharap melakukan hal yang sama kepada Argentina yang dipimpin oleh Lionel Messi di babak semifinal, Rabu dini hari, 14 Desember 2022.

“Kami akan mencoba menghentikan mereka sebagai tim dan bukan dengan man-marking. Argentina bukan hanya Messi, mereka memiliki sejumlah pemain hebat. Kami harus menghentikan seluruh tim Argentina,” kata penyerang Kroasia, Bruno Petkovic, pada konferensi pers, Ahad, 11 Desember 2022.

Kroasia berusaha mencapai final untuk kedua kalinya berturut-turut di Piala Dunia setelah kalah dalam pertandingan final Piala Dunia 2018 dari Prancis. Tanpa ada pemain yang mendapatkan akumulasi kartu kuning dan tidak ada masalah cedera, timnas Kroasia penuh percaya diri menatap semifinal.

Lini tengah Kroasia yang terdiri dari kapten Luka Modric, Mateo Kovacic, dan Marcelo Brozovic akan menjadi kunci untuk menentukan kecepatan, seperti yang mereka lakukan melawan Brasil. Bek Kroasia Josip Juranovic mengatakan pada hari Ahad bahwa ketiganya sangat bisa diandalkan.

“Mateo, Luka, dan Marcelo adalah lini tengah Kroasia terbaik dalam sejarah. Saya tidak berpikir itu bisa diulang. Saat Anda mengoper bola, itu lebih aman daripada menyimpan uang Anda di bank,” kata Juranovic.

“Saya pikir kita tidak perlu takut pada siapa pun. Kami perlu melihat diri kami sendiri untuk memainkan permainan terbaik kami,” kata dia. “Saya akan mengatakan rahasia kesuksesan kami adalah kebersamaan kami, persatuan kami. Fakta bahwa kami bertindak dan bermain sebagai sebuah keluarga.”

Messi, peraih Ballon D'Or tujuh kali, sejauh ini menjadi kekuatan pendorong bagi Argentina. Messi, 35 tahun, telah terinspirasi selama perjalanan timnas Argentina ke semifinal, mencetak empat gol dalam lima pertandingan, dan tampaknya dia telah mengambil tanggung jawab untuk memimpin negaranya menjuarai Piala Dunia.

Argentina terakhir mencapai final pada Piala Dunia 2014 di Brasil, kalah 0-1 dari Jerman di Stadion Maracana di Rio de Janeiro. Messi nyaris mengangkat trofi kala itu dan sekarang butuh satu langkah lagi ke level yang sama.

Bersama Messi, Argentina datang ke Piala Dunia sebagai salah satu favorit tetapi mereka menghadapi hambatan besar menghadapi Kroasia.

Dengan sikap pantang menyerah, bahkan ketika mereka dalam tekanan besar, timnas Kroasia yang disiplin sekarang pantas berada di semifinal Piala Dunia kedua berturut-turut, dan meremehkan mereka akan menjadi risiko bagi Argentina.

Bek Marcos Acuna dan Gonzalo Montiel terkena akumulasi kartu kuning, membatasi pilihan pelatih Lionel Scaloni di lini belakang. Nicolas Tagliafico bisa menggantikan Acuna tetapi itu akan menjadi formasi yang kurang menyerang.

Tanda tanya juga membayangi veteran Angel Di Maria dan kebugarannya. Pemain 34 tahun itu lebih banyak menjadi pemain pengganti di turnamen tersebut meski telah pulih dari cedera. (Red.Sl)

Romain Saiss, Kapten Timnas Maroko Bertekad Pulih dan Ingin Main di Semifinal Piala Dunia 2022


Jakarta, rakyatindonesia.com - Kapten Timnas Maroko, Romain Saiss, mengatakan akan melakukan segala cara agar bisa segera pulih dari cedera menjelang babak semifinal Piala Dunia 2022. Ia berharap bisa kembali memimpin tim berjuluk Singa Atlas tersebut saat akan menantang Prancis di Stadion Al Bayt pada Kamis dinihari, 15 Desember 2022 waktu Indonesia.

Seperti yang diketahui, dalam kemenangan Maroko atas Portugal dengan skor tipis 1-0 di babak perempat final Piala Dunia, pemain bek tengah itu terpaksa ditarik keluar pada menit ke-57. Romain Saiss dikabarkan mengalami cedera pada paha kirinya.

Saiss yang saat itu dibawa menggunakan tandu terlihat menangis saat menuju bangku cadangan. Hal itu membuat sang kapten diragukan bisa tampil dalam laga Prancis vs Maroko di semifinal. “Jika merasa sulit sekali untuk bermain, maka saya tidak akan mengambil risiko yang akan membuat tim kesulitan di semifinal,” kata Saiss.

Pemain berusia 32 tahun itu juga akan melakukan berbagai cara agar segera fit dan melanjutkan perjuangannya bersama Timnas Maroko di Piala Dunia 2022. “Saya akan berusaha meskipun saya tidak tahu (apakah bisa tampil atau tidak),” tuturnya. 

Menurut dia, tim medis akan memeriksa kondisinya dan memastikan cedera yang dialaminya. “Tetapi saya akan berusaha yang terbaik untuk berada di lapangan. Saya harap ini akan baik-baik saja,” kata Saiss.

Jika hasil pemeriksaan sudah diketahui, ia menyatakan, akan terus berupaya mendapatkan tempat dalam skuad utama saat meladeni juara bertahan Prancis. “Saya akan berusaha untuk melakukan semua hal yang bisa. Seperti yang telah saya lakukan untuk berada di lapangan selama 55 menit hari ini (saat laga Maroko vs Portugal),” kata dia.

Menanggapi keberhasilan Maroko melaju ke semifinal Piala Dunia untuk kali pertama, ia menilai, pencapaian tersebut menunjukkan karakter dan mentalitas yang dimiliki rekan-rekannya. Menurut dia, semua pemain siap memberikan yang terbaik, tak peduli apakah dimainkan pelatih atau tidak. 

“Tidak masalah jika mereka bermain sebentar atau jika mereka hanya datang di setiap pertandingan. Semua orang fokus dan siap untuk bermain. Begitulah cara kami melangkah sangat jauh di turnamen ini,” kata Saiss.

Setelah menyingkirkan Timnas Portugal, tim asuhan Walid Regragui mengukir sejarah di Piala Dunia sebagai tim pertama asal Afrika yang melaju ke semifinal. Meski demikian, Saiss menegaskan rekan-rekannya belum mau berhenti dan ingin melangkah lebih jauh lagi. 

“Kami sangat senang dan sangat bangga. Karena itu adalah momen luar biasa untuk seluruh negara, seluruh Afrika. Jadi, kami teramat sangat bahagia,” ujar pemain yang membela klub Besiktas.

“Kami ingin terus mengukir sejarah. Kita lihat saja nanti. Yang terpenting sekarang adalah saya bisa pulih dengan baik dan mempersiapkan semifinal (Piala Dunia 2022),” kata Romain Saiss. (Red.Sl)

Portugal Gagal Melaju Ke Semifinal Piala Dunia 2022, Begini Tanggapan Cristiano Ronaldo

 




Jakarta, rakyatindonesia.com - Timnas Portugal gagal melaju semifinal usai kalah dari Timnas Maroko 1-0 dalam babak perempatfinal Piala Dunia 2022 di Al Thumama Stadium Sabtu malam WIB 11 Desember 2022. Portugal yang diunggulkan keluar sebagai pemenang tampil mendominasi sejak awal. Namun Maroko tak mau kalah, dengan tembok pertahanan yang kokoh mereka mampu meladeni permainan lawan.

Strategi tersebut sukses membuat anak asuh Fernando Santos frustasi. Bahkan kejutan terjadi di akhir babak pertama. Youssef En-Nesyri berhasil mencetak gol pembuka di laga ini. Skor 1-0 bertahan hingga peluit panjang dibunyikan. Kegagalan itu artinya kegagalan juga bagi Ronaldo cs yang kembali gagal menjadi juara ajang sepak bola 4 tahunan tersebut. Ronaldo lantas menulis ungkapan soal perasaannya dalam unggahan di akun Instagram pribadinya.

Eks pemain Real Madrid itu mengatakan bahwa dapat menjuarai Piala Dunia bersama Timnas Portugal merupakan mimpi terbesarnya, menurut Ronaldo semua pencapaian yang sudah ia raih bersama Portugal belum cukup jika belum membawa pulang trofi Piala Dunia. "Menjuarai Piala Dunia bersama Portugal adalah impian terbesar dan paling ambisius dalam karier saya. Untungnya, saya memenangkan banyak gelar berdimensi internasional, termasuk untuk Portugal, tetapi menempatkan nama negara kami di level tertinggi di dunia adalah impian terbesar saya," tulis Ronaldo dikutip Senin 12 Desember 2022.

Ronaldo mengaku dalam lima penampilannya di Piala Dunia ia tak pernah sedikitpun tampil loyo, ia mengaku selama membela Portugal selalu memberikan penampilan terbaiknya di ajang empat tahunan itu.

“Saya berjuang untuk itu. Saya berjuang keras untuk mimpi ini. Dalam 5 penampilan saya di Piala Dunia selama 16 tahun,kami selalu memiliki banyak pemain hebat dan didukung oleh jutaan orang Portugal, saya telah memberikan segalanya. Saya meninggalkan semuanya di lapangan namun saya tidak pernah memalingkan wajah saya ke pertarungan dan saya tidak pernah menyerah pada mimpi itu," lanjutnya. Cristiano Ronaldo sempat menyebut bahwa gelaran di Qatar ini adalah Piala Dunia terakhirnya. Namun, dalam unggahan terbarunya tersebut, pria 37 tahun itu belum menyatakan pasti akan pensiun.

"Sayangnya, kemarin (di Qatar) mimpi itu berakhir. Tidak ada gunanya lagi untuk marah. Saya hanya ingin semua orang tahu bahwa banyak yang telah dikatakan, banyak yang telah ditulis, banyak yang telah dispekulasikan tentang saya, tetapi dedikasi saya untuk Portugal tidak berubah meski dalam sekejap. Saya selalu menjadi satu orang yang berjuang untuk tujuan semua orang dan saya tidak akan pernah membelakangi rekan satu tim dan negara saya," tulisnya. Pria 37 tahun itu mengatakan bahwa sudah tak banyak lagi yang dapat ia sampaikan, ia bahkan tak mau ambil pusing soal spekulasi orang terhadapnya. “Terima kasih Portugal. Terima kasih, Qatar. Mimpi itu indah selama itu berlangsung. Sekarang, saatnya menjadi penasihat yang baik dan biarkan masing-masing orang menarik kesimpulan mereka sendiri," pungkasnya. (Red.Sl)

Lionel Messi Terancam Absen di Semifinal Piala Dunia 2022


Jakarta, rakyatindonesia.com - Lionel Messi terancam absen saat Argentina berhadapan dengan Kroasia di semifinal Piala Dunia 2022 Qatar. Duel Argentina vs Kroasia dijadwalkan berjalan pada Rabu dinihari WIB, 14 Desember 2022 waktu Indonesia di Stadion Lusail. 

Terancamnya penampilan Messi pada laga semifinal karena FIFA sedang membuka investigasi terhadap Asosiasi Sepak Bola Argentina (AFA). Investigasi dilakukan setelah ada dugaan pelanggaran Kode Disiplin saat pertandingan perempat final Argentina vs Belanda. 

Bintang Paris Saint-Germain itu diketahui melontarkan kritik kepada wasit Mateu Lahoz. Tidak hanya itu saja, Messi juga sempat terlihat bersitegang dengan pelatih Belanda, Louis van Gaal, dan staf pelatih Edgar Davids. 

FIFA tengah menyelidiki kemungkinan pelanggaran pada dua pasal di Kode Disiplin FIFA, yakni pasal12 dan pasal 16. Pasal 12 berisi tentang pelanggaran pemain dan ofisial, sedangkan pasal 16 membahas soal ketertiban dan keamanan pada pertandingan.

Kapten Argentina tersebut sebenarnya sudah berhati-hati untuk berkomentar soal wasit. Sebab, Messi menyadari jika terlalu banyak mengkritik wasit akan mendapatkan hukuman. 

"Saya tidak ingin berbicara tentang wasit karena mereka akan memberi Anda sanksi. Tetapi, kami takut sebelum pertandingan karena kami tahu apa yang akan terjadi (dengan Mateu Lahoz)," kata Lionel Messi usai laga Argentina vs Belanda.

"Saya tidak bisa mengatakan apa yang saya pikirkan, tapi FIFA harus melihat ini. (FIFA) Tidak bisa menempatkan wasit seperti itu pada pertandingan penting," kata pemain berusia 35 tahun itu. 

Pertandingan Belanda vs Argentina berjalan sengit dan panas. Bahkan wasit harus mengeluarkan 18 kartu kuning satu kartu merah. Skuad Argentina dikabarkan tidak puas dengan keputusan wasit pada laga tersebut.

Salah satu keputusan wasit yang diprotes pemain Albiceleste ialah ketika Mateu Lahoz memberikan tendangan bebas di depan kotak penalti. Hasilnya, Virgil van Dijk dan kawan-kawan bisa menyamakan kedudukan 2-2 dan memaksa laga diteruskan ke perpanjangan waktu dan adu penalti. Namun, akhirnya Argentina keluar sebagai pemenang setelah unggul di babak adu penalti. 

Lebih lanjut, jika Lionel Messi benar-benar absen saat laga semifinal tentu akan menjadi kerugian bagi Timnas Argentina. Pasalnya, Messi merupakan salah satu pemain paling penting dan kerap menjadi penentu permainan di Piala Dunia 2022. (Red.Sl)

Wednesday, December 7, 2022

Spanyol tersingkir Di babak 16 Besar Lewat Adu Pinalty

  



Jakarta, rakyatindonesia.id (07/12/2022) - Spanyol tersingkir dari Piala Dunia 2022 usai kalah adu penalti dari Maroko. Padahal, Tim Matador menguasai laga dengan mencatatkan lebih dari seribu umpan.
Spanyol kalah 0-3 dari Maroko lewat adu penalti pada babak 16 besar Piala Dunia 2022 tersaji di Education City Stadium, Al Rayyan, Selasa (6/12/2022) pukul 22.00 WIB. Laga harus dituntaskan melalui setelah tanpa gol selama 120 menit.

Pada babak Pinalti, tiga penendang Spanyol Pablo Sarabia, Carlos Soler, dan Sergio Busquets gagal menjalankan tugasnya. Sementara di kubu Singa Atlas hanya Badr Benoun yang gagal mencetak gol. Abdelhamid Sabiri, Hakim Ziyech, dan Achraf Hakimi sukses memperdayai Unai Simon.

Spanyol tersingkir padahal begitu dominan sepanjang laga ini. Dikutip dari Opta, La Furia Roja mencatatkan penguasaan bola 76,8 persen dibanding Maroko yang hanya 23,2 persen.

Pasukan Luis Enrique juga mencatatkan lebih dari seribu umpan sepanjang 120 menit tepatnya 1.019 umpan. Mereka memiliki persentase akurasi umpan di daerah lawan sebesar 85,5 persen.
Namun apalah artinya bisa mengalirkan bola dengan lancar tanpa lini depan yang tajam. Itulah masalah yang jadi biang keladi Spanyol tersingkir karena tak bisa mengoptimalkan peluang dengan baik.

Spanyol bikin 13 percobaan tembakan di laga ini tapi hanya satu yang mengarah ke gawang. Persentase akurasi tembakan Spanyol begitu buruk yaitu 7,7 persen.

Luis Enrique awalnya memainkan Marco Asensio menjadi false nine. Tak berjalan dengan baik, ia kemudian memasukan Alvaro Morata sebagai target man di babak kedua. Kehadiran Morata juga tak optimal karena akurasi umpan silang Spanyol yang buruk dengan persentase hanya 19,2 persen.

Buruknya penyelesaian Spanyol bahkan berlanjut ke adu penalti hingga mereka tersingkir. Dominasi seribu umpan Spanyol menjadi sia-sia.(red.Df)
© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved