Friday, April 11, 2025

Generasi Z Pilih Menikah di KUA: Gaya Baru, Hemat Biaya, Sarat Makna

Generasi Z Pilih Menikah di KUA: Gaya Baru, Hemat Biaya, Sarat Makna

  


Kediri, rakyatindonesia.com — Di tengah arus modernisasi dan perubahan gaya hidup, tren pernikahan di kalangan generasi Z mulai bergeser. Jika dulu resepsi meriah dan gedung megah menjadi simbol keberhasilan sebuah pernikahan, kini semakin banyak pasangan muda yang justru memilih jalur sederhana: menikah di Kantor Urusan Agama (KUA).

Fenomena ini bukan tanpa alasan. Generasi Z, yang lahir di era digital dan penuh tantangan ekonomi, cenderung memiliki pola pikir yang lebih rasional dan pragmatis dalam mengambil keputusan, termasuk soal pernikahan.

Salah satu daya tarik terbesar menikah di KUA adalah soal biaya. Proses akad yang dilakukan pada hari kerja tidak dikenai tarif alias gratis. Ini tentu menjadi pilihan menarik bagi pasangan yang ingin melangsungkan pernikahan tanpa harus mengeluarkan dana besar.

“Sekarang kami lebih fokus ke masa depan, bukan hanya satu hari pesta,” ujar Luthfi (25), warga Kediri yang baru saja melangsungkan akad nikah di KUA setempat. “Lebih baik uangnya kami tabung untuk DP rumah atau modal usaha,” tambahnya.

Selain soal anggaran, nilai kesederhanaan juga menjadi pertimbangan utama. Banyak generasi Z menganggap bahwa inti dari pernikahan adalah janji suci antara dua insan, bukan hingar bingar pesta. Upacara di KUA dinilai cukup untuk memenuhi syarat sah secara hukum dan agama.

Tak bisa dipungkiri, gaya hidup minimalis yang marak di media sosial turut mendorong tren ini. Konten-konten pernikahan sederhana di KUA yang tetap estetik, hangat, dan emosional justru mendapat banyak apresiasi netizen. “Low-budget, high-meaning,” begitu istilah yang sering digunakan.

Lebih jauh, generasi Z juga dikenal realistis dalam merencanakan kehidupan setelah menikah. Mereka menyadari bahwa biaya hidup, cicilan, dan kebutuhan rumah tangga ke depan jauh lebih penting untuk diprioritaskan. Resepsi mewah yang bisa membebani keuangan justru dinilai kontraproduktif.

“Banyak teman saya yang setelah menikah malah stres karena masih harus melunasi utang pesta,” ungkap Citra, seorang pegawai swasta yang berencana menikah tahun ini di KUA. “Kami ingin memulai hidup tanpa beban finansial.”

Proses pernikahan di KUA yang simpel dan efisien juga menjadi keunggulan tersendiri. Tak perlu menyewa wedding organizer atau repot menyusun daftar tamu, cukup melengkapi dokumen dan mengikuti prosedur yang ditetapkan. Bagi generasi Z yang menghargai kepraktisan, ini sangat ideal.

Tren ini menunjukkan bahwa pernikahan tak melulu soal gengsi dan kemewahan. Generasi muda saat ini justru sedang mengangkat nilai kesederhanaan sebagai bentuk kebijaksanaan. Pernikahan yang sakral tidak diukur dari dekorasi, tapi dari komitmen dan kesiapan menghadapi hidup bersama.

Di tengah tekanan ekonomi dan tantangan zaman, langkah bijak generasi Z ini patut diapresiasi. Mereka menunjukkan bahwa cinta dan komitmen tak harus dibungkus dengan kemewahan — cukup dengan niat tulus dan langkah yang realistis.(red.al)

Read other related articles

Also read other articles

© Copyright 2020 Rakyat-Indonesia.com | REFERENSI BERITA INDONESIA | All Right Reserved