Dari Warung Kecil di Pare ke Galeri Masterchef, Budhe Wiji Menjadi Inspirasi Kuliner Lintas Negara

READ ALSO

 

KABUPATEN KEDIRI, rakyatindonesia.com  – Di balik apron putih Masterchef Indonesia Season 12, terdapat sosok perempuan sederhana yang akrab disapa Budhe Wiji. Wanita bernama asli Emilia Susanti ini tak pernah membayangkan dirinya akan masuk Top 6 ajang memasak paling populer di Indonesia. Apalagi, langkahnya ke sana justru bermula dari sebuah "paksaan manis" keluarga dan pelanggan warung.

Bermodal niat untuk branding warung kecilnya di kawasan Kampung Inggris Pare, perempuan kelahiran Tulungrejo, Kecamatan Pare, ini justru menjadi sorotan nasional karena kepribadiannya yang hangat, gaya bicara tegas, dan kepiawaian memasak yang tak kalah dari chef profesional.

“Awalnya saya rikuh dipanggil budhe. Tapi kok ya semua orang manggilnya begitu, juri, peserta, kru. Akhirnya saya mikir, oh ini panggilan sayang. Ya sudah saya terima, dan malah nyaman,” ujar Wiji sambil tersenyum, ditemui di warungnya Rumpizz Kitchen, Jalan Brawijaya No. 68, Pare.

Mundur dari Dunia TKW, Pulang dengan Cita Rasa Internasional

Perjalanan Wiji di dunia kuliner ternyata dimulai sejak kecil. Ia belajar secara otodidak dari sang nenek saat masih duduk di bangku SD. Kala itu, dirinya kerap disuruh mengulek bumbu tanpa tahu nama rempah-rempahnya, hingga akhirnya ditantang untuk mengulang menu yang sama keesokan harinya.

“Ternyata Mbah saya ngajari dengan cara yang berbeda. Bukan teori, tapi praktik langsung. Dan saya menikmatinya,” kenang ibu satu anak ini.

Pengalaman memasak Wiji makin dalam ketika bekerja sebagai Tenaga Kerja Wanita (TKW) di Hongkong dan Makau selama lebih dari satu dekade. Majikannya datang dan pergi, tapi satu syarat tetap: harus bisa masak.

“Saya belajar langsung dari ayi-ayi di pasar. Tanya bumbunya apa, masaknya gimana. Pokoknya saya niatkan untuk terus belajar,” imbuhnya.

Setelah sakit dan merasa tidak kuat lagi bekerja di luar negeri, ia memutuskan pulang ke Indonesia pada September 2023. Meski sempat bingung akan bekerja apa, Wiji mantap membuka warung bersama suami dan anaknya.

Didorong Pelanggan, Dibimbing Suami, dan Dipacu Branding

Yang paling mengejutkan, niat Wiji ikut Masterchef Indonesia bukan untuk mengejar gelar juara. Semua berawal dari tantangan salah satu pelanggannya yang bernama Irfan, seorang peserta kursus dari luar kota yang sering mampir ke warungnya.

“Mas Irfan itu suka tantang saya masak ini itu. Terus dia bilang ke suami saya, ‘Pak, bujuk Bu Wiji ikut MCI’. Akhirnya saya terbujuk juga, padahal saya minder. Nggak punya sertifikat, dandan juga nggak bisa,” ceritanya dengan tertawa.

Dorongan suami dan anaknya membuat Wiji percaya diri. Dengan peralatan seadanya dan kamera ponsel, ia merekam video pendaftaran dari dapur warungnya. Tak disangka, video itu membawanya hingga ke galeri kitchen Masterchef dan bersaing dengan ratusan peserta dari seluruh Indonesia.

Warung Kecil Bernuansa Global: Rumpizz Kitchen

Kini, warung Rumpizz Kitchen miliknya menjadi jujugan banyak orang. Tak hanya warga lokal, pelanggannya datang dari berbagai daerah bahkan negara, karena lokasinya yang strategis di kawasan Kampung Inggris. Branding sebagai “peserta Masterchef” turut mengangkat nama warungnya.

Di dalam warung, apron putih kebanggaannya dipajang dalam bingkai, lengkap dengan tanda tangan tiga juri ternama: Chef Juna Rorimpandey, Chef Renatta Moeloek, dan Chef Rudy Choirudin. Sederet menu khas tersaji di meja pelanggan, mulai dari mie ayam, sup iga, sate, hingga nasi goreng rempah.

“Saya ingin masakan saya bisa diterima oleh siapa pun, baik orang Indonesia, Cina, Thailand, Vietnam, atau dari mana saja. Target saya, masakan ini memberi rasa ‘feel like home’ bagi semua orang,” ujarnya penuh semangat.

Dari Dapur Warung ke Televisi Nasional, Budhe Wiji Buktikan Talenta Tak Harus Bersertifikat

Kisah Budhe Wiji membuktikan bahwa passion, semangat belajar, dan dukungan orang terdekat bisa membawa seseorang sejauh mimpi. Dari warung kecil hingga dapur kompetisi nasional, ia membuktikan bahwa memasak bukan soal gelar, tapi rasa dan hati.

“Yang penting bukan menang atau kalah. Tapi bagaimana saya bisa menunjukkan bahwa warung kecil pun bisa punya cita rasa besar. Dan saya ingin semua orang tahu itu,” pungkasnya.(RED.AL)

kabarreskeim
- 15:52

Read other related articles

Also read other articles